AYAT – AYAT HUKUM

Jika dicermati hampir tidak ada satu aktifitas seorang muslim yang luput dari norma hukum. Tentu saja yang dimaksud disini adalah hukum praktis yang terdiri dari lima kategori, wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Sejak bangun tidur sampai tidur kembali,setiap muslim dalam aktivitasnya, apapun bentuknya, akan terkena salah satu dari lima norma hukum tersebut.

Biasanya ia tidak akan mau melakukan atau mengkonsumsi sesuatu sepanjang hukumnya tidak jelas. Oleh sebab itu, jauh lebih banyak buku-buku yang berisi fatwa-fatwa hukum ketimbang persoalan yang menyangkut aqidah, akhlak dan dimensi Islam lainnya. Kejelasan hukum, akan memberikan rasa aman, damai dan tenteram bagi umat. Yang menjadi topik bahasan kami adalah berzina, menuduh berzina, Membuat kerusakan di muka bumi dan mencuri.

  1. Berzina.

Hukuman pukulan dikenakan pezina jejaka dan perawan (Ghairu Muhshan) sementara pezina muhshan hukumanannya rajam:

An Nur 24 : 2

Artinya: 2. Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.


An-Nisa’ 4: 15

Artinya: 15. dan (terhadap) Para wanita yang mengerjakan perbuatan keji [275], hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, Maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya[276].

Perbuatan keji: menurut jumhur mufassirin yang dimaksud perbuatan keji ialah perbuatan zina, sedang menurut Pendapat yang lain ialah segala perbuatan mesum seperti : zina, homo sek dan yang sejenisnya. menurut Pendapat Muslim dan Mujahid yang dimaksud dengan perbuatan keji ialah musahaqah (homosek antara wanita dengan wanita).

[276] Menurut jumhur mufassirin jalan yang lain itu itu ialah dengan turunnya ayat 2 surat An Nuur.

  1. Menuduh berzina

An-Nur 24: 4

Artinya: 4. dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik[1029] (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik.

Yang dimaksud wanita-wanita yang baik disini adalah wanita-wanita yang Suci, akil balig dan muslimah.

  1. Pencuri

Al-Maidah 5: 38

Artinya: 38. laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

  1. Membuat kerusakan di muka bumi

Al-Maidah 5: 33

Artinya: 33. Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik[414], atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,

Maksudnya Ialah: memotong tangan kanan dan kaki kiri; dan kalau melakukan lagi Maka dipotong tangan kiri dan kaki kanan.

Pemabuk dipukul 80 kali

Murtad hukum bunuh

Sumber

http://zulfa4wliya.wordpress.com/2007/12/02/ayat-ayat-hukum/

http://www.waspada.co.id/index.php/index.php?option=com_content&view=article&id=43257:perbandingan-ayat-hukum-a-ayat-kauniyah-dalam-al-quran&catid=33:artikel-jumat&Itemid=98

Jumat, 11 Maret 2011

Analisi Kesulitan Mengerjakan Soal-soal Trigonometri Kelas XI SMK Ganesa Metro Tahun Pelajaran 2010/2011

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan didorong oleh adanya sistem pendidikan maju dan modern ditengah-tengah masyarakat yang berguna untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang modern dewasa ini dengan permasalahannya yang kompleks. Untuk mewujutkan itu diperlukan usaha yang keras dan memakan waktu yang lama karena memerlukan proses yang panjang. Diantar usaha yang dilakukan adalah dengan meningkatkan sumber daya manusia yang profesional terutama dibidangnya.
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) berupaya meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Indonesia, sehingga pendidikan menduduki posisi penting diantara komponen-komponen yang lainnya. Dapat dikatakan bahwa segenap komponen dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukkan untuk mencapai tujuan tesebut. Dalam usaha pencapaian tujuan tersebut, banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah diantaranya adalah pemenuhan sarana dan prasarana, peningkatan mutu guru dengan jalan diklat, penataran, seminar pendidikan. disistem pendidikan itu sendiri, pemerintah sangat gigih dalam mencapai jalan terbaik untuk sistem pendidikan di Indonesia, diantaranya perubahan kurikulum, dengan harapan dan tujuan pemerintah adalah untuk meningkatkan mutu dan pencapaian tujuan pendidikan di Indonesia.
Pendidikan di Provinsi Lampung masih dalam katagori rendah. Menurut Bappeda Lampung sekitar 62,7% dari 7,4 juta jiwa masyarakat lampung tidak lulus atau hanya lulus Sekolah Tingkat Pertama. Masalah ini adalah dampak dari buruknya infratruktur pedesaan, sebagai salah satu penunjang ekonomi dan pendidikan.
Pada sektor pendidikan khususnya pendidikan formal di sekolah, proses belajar mengajar siswa diatur dan direncanakan supaya tujuannya tercapai, yaitu sejumlah perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hal yang paling pokok di sekolah adalah siswa harus belajar di sekolah, sedangkan guru dapat mengajar siswa dengan baik, terarah, dan terencana.
Salah satu karakteristik matematika adalah yang mempunyai obyek yang bersifat apsterak. Sifat abstrak ini menyebabkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam matematika. Prestasi matematika siswa secara nasional maupun internasional belum menggembirakan. Third International Mathematichs And Science Study (TIMSS) tahun 1999 melaporkan bahwa rata–rata skor matematika siswa tingkat 8 (SLTP Kelas 2) Indonesia jauh di bawah rata–rata skor matematika siswa internasional dan berada rengking 34 dari 38 Negara (dalam Asmin, 2005).
Sejalan dengan itu, matematika adalah salah satu ilmu dasar yang dewasa ini telah berkembang dapat dijadikan sebagai salah satu alat ukur keberhasilan proses belajar mengajar. Pelajaran matematika yang diberikan di tingkat pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan di dalam kehidupan yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran yang logis, kritis dan cermat. Dengan mengenal matematika, siswa diharapkan dapat menggunakan cara berfikir secara matematika dalam kehidupan sehari–hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan baik pendidikan dasar, menengah pertama, menengah atas dan perguruan tinggi. Secara terus menerus menjadi bahan kajian, karena hal tersebut di atas maka berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah untuk meningkatkan lagi sistem pendidikan di Indonesia di antaranya adalah perbaikan kurikulum dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan yang memberikan peluang yang lebih besar kepada siswa untuk memperoleh materi yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, selain itu pemerintah juga melakukan program antara lain mengadakan penataran guru bidang studi, pemantapan kerja guru, pengadaan buku, dan sarana pendidikan.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan hasil belajar siswa, sehingga sejauh ini SMK Ganesa Metro telah melakukan berbagai usaha yaitu:
1. Dengan memiliki guru yang sesuai dengan bidang studinya.
2. Melengkapi sarana dan prasarana sekolah, seperti kelengkapan di perpustakaan, kelengkapan ruang belajar mengajar.
3. Mengaktifkan kegiatan belajar mengajar dengan disiplin kehadiran siswa dan guru.
4. Diadakannya jam tambahan di luar jam sekolah (khususnya siswa kelas XII yang akan menempuh ujuan).

Walaupun demiikian masih terdapat hasil beberapa siswa yang nilainya rendah, seperti terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1: Daftar Hasil Prasurvey, Nilai Sumatif Pokok Bahasan Trigonometri.
No Katagori Nilai Jumlah Persentase
1 Tuntas >60 14 37,84
2 Tidak Tuntas ≤60 23 62,16
3 Jumlah 37 100
Sumber : Daftar nilai pokok bahasan trigonometri kelas XI Otomotif 1 SMK Ganesa Metro Tahun Pelajaran 2010/2011
Katagori tuntas 61 sedangkan tidak tuntas 0–60 (<61). Dimana katagori tersebut disesuaikan dengan Kreteria Ketuntasan Minimum (KKM) SMK Ganesa Metro.

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa 62,16% belum mencapai hasil yang memuaskan atau hasil belajarnya masih rendah.
Dari hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika dan siswa di SMK Ganesa Metro, mengatakan bahwa materi tersebut tergolong sulit, di samping itu, materi antara satu dan lain saling berkaitan. Untuk dapat belajar trigonometri, siswa tidak cukup menghafal rumus–rumus saja. Tetapi harus mampu memahami, dan mampu mengaitkan rumus–rumus tersebut dengan yang lainnya.
Dari pembahasan di atas, teridentifikasi rendahnya hasil belajar trigonometri disebabkan karena kesulitan dalam memahami sub-materi tersebut. Atau dengan kata lain peneliti tertarik untuk meneliti tentang “ANALISIS KESULITAN MENGERJAKAN SOAL–SOAL TRIGONOMETRI KELAS XI SEMESTER GANJIL SMK GANESA METRO TAHUN PELAJARAN 2010/2011”.

B. Fokus Penelitian
Matematika merupakan konsep–konsep yang menggunakan berbagai pengertian, symbol–symbol dan perhitungan–perhitungan seperti pada pokok bahasan trigonometri sehingga untuk mempelajarinya diperlukan kemampuan berfikir yang logis, cermat, dan efisien. Sub pokok bahasan trigonometri tergolong sulit dipahami oleh siswa. Sehingga peneliti ingin menganalisis kesulitan dalam proses pembelajaran trigonometri yang dialami oleh siswa.

C. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah, peneliti mengangkat suatu masalah, tujuan diadakan penelitian, dan kegunaan penelitian. Sebagai berikut:
1. Apa yang mempengaruhi kesulitan mengerjakan soal di mana dalam menyelesaikan soal–soal trigonometri pada siswa kelas XI Otomotif 1 semester Ganjil SMK Ganesa Metro?
2. Bagian apa sub pokok bahasan trigonometri siswa kelas XI Otomotif 1 semester Ganjil SMK Ganesa Metro, yang mengalami kesulitan mengerjakan soal–soal trigonometri?
3. Berapa persen siswa kelas XI Otomotif 1 semester Ganjil SMK Ganesa Metro yang mengalami kesulitan mengerjakan soal trigonometri?

D. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan diadakan penelitian ini, untuk mengetahui:
1. Kesulitan yang terjadi dalam mengerjakan soal-soal Trigonometri pada siswa kelas XI Otomotif 1 semester Ganjil SMK Ganesa Metro tahun pelajaran 2010/2011
2. Sub pokok bahasan yang sulit menurut siswa kelas XI Otomotif 1 semester Ganjil SMK Ganesa Metro 2010/2011
3. Persentase siswa kelas XI Otomotif 1 semester Ganjil SMK Ganesa Metro 2010/2011 yang mengalami kesulitan mengerjakan soal Trigonometri.

E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi peneliti kepada pihak terkait dalam mengerjakan mata pelajaran matematika khususnya guru dan calon guru matematika, agar memperhatikan penyebab kesulitan belajar pada sub pokok bahasan trigonometri, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Agar pandangan siswa terhadap pelajaran trigonometri yang diangap sulit dipahami ternyata akan terasa lebih mudah jika kita pelajari kesulitan–kesulitan yang dihadapi oleh siswa dan tidak lagi siswa takut kepada pelajaran matematika khususnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dari penelitian yang akan dilaksanakan maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Subjek penelitian yaitu siswa kelas XI SMK Ganesa Metro Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Objek penelitian ini adalah kesulitan mengerjakan soal–soal trigonometri.
3. Sifat penelitian yaitu deskriptif kualitatif.
4. Tempat penelitian yaitu SMK Ganesa Metro.
5. Waktu penelitian yaitu semester Ganjil tehun pelajaran 2010/2011.
6. Kesulitan mengerjakan soal trigonometri adalah ketidakmapuan siswa dalam menyelesaikan soal–soal trigonometri yang di anggap siswa materi pokok pembahasan trigonometri yang sulit dipahami di semester Ganjil. Adapun kesulitan belajar trigonometri dapat dilihat dari hasil tes essai. Jika kurang dari 61% tersebut soal tidak dijawab dengan benar oleh siswa, maka siswa mengalami kesulitan mengerjakan soal trigonometri.
7. Pokok bahasan dari sub bahasan materi trigonometri disesuaikan dengan pendekatan kurikulum berbasis kometensi.
8. Kesulitan mengerjakan soal trigonometri yang terjadi, di analisis dari cara siswa menyelesaikan tes trigonometri yang diberikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Pustaka yang Menyangkut Variabel
Agar dalam pemecahan masalah penelitian yang sedang dihadapi tujuannya jelas, maka dalam hal kajian pustaka ini peneliti cantumkan beberapa pendapat para ahli yang nantinya dapat memberikan arahan bagi peneliti dalam memcahkan masalah nantinya. Beberapa pustaka yang menyangkut variabel penelitian dikemukakan oleh para ahli sabagai mana uraian berikut ini:

1. Kesulitan Belajar
Pada umumnya kebanyakan siswa mengatakan bahwa pelajaran matematika adalah tergolong pelajaran yang sulit untuk dipahami. Karena dalam pelajaran matematika tidak cukup hanya menghafal rumus saja, tetapi ternyata diperlukan ketelatenan/ketekunan, keuletan dan rutin dalam mengerjakan latihan-latihan serta harus dapat mengaitkan antara rumus dengan persoalan yang dihadapi (ketika menjawab soal). Bila siswa sudah mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep yang terdahulu, siswa juga akan sulit untuk menguasai konsep yang selanjutnya.
Tiap–tiap pelajaran mengandung tingkat kesulitan yang berbeda. Tingkat kesuitan bahan pelajaran mempengaruhi kecepatan belajar. Sebaliknya, semakin mudah bahan pelajaran, makin cepat orang dalam mempelajarinya. Bahan pelajarna yang sulit memerlukan cara belajar yang intensif, sedangkan bahan yang sederhana akan mengurangi insensitas belajar seseorang (Soemanto, 2003:114)


Matematika merupakan pelajaran yang tergolong sulit untuk dipahami oleh siswa. Karena dalam pelajaran matematika tidak cukup hanya menghafal rumus–rumus saja, tetapi mampu mengaitkan rumus–rumus yang dimilikinya dengan persoalan yang dihadapinya. Dalam peroses belajar mengajar tidak seluruhnya materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa. Setiap siswa yang mengalami kesulitan yang mungkin saja berupa gangguan dan hambatan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Di mana kesulitan yang di hadapi masing–masing siswa tersebut berbeda–beda.
Pendapat Hamalik (1983:97) menyanatakan bahwa:
Kesulitan belajar dapat dilihat melalui evalusi dimana bermakna untuk (1) mengecek sampai di mana penetahuai itu diketahui, (2) memeriksa dan melihat kelemahan–kelamahan dan keterkaitan penggunaan–penggunaan bahan, (3) meneliti apakah cara belajar yang digunakan sudah tepat atau belum.

Lebih lajut lagi Hamalik (1983:112)
Kesulitan belajar adalah serangkaian faktor yang berasal dari dalam diri atau dari keadaan lingkungan siswa, kesulitan belajar yang berasal dari dalam diri biasanya ditandai dengan ketidakmampuan siswa menyesuaikan diri dengan apa yang ada dilingkungannya, apa yang sedang dialami atau dipelajari.

Selanjutnya menurut Entang (dalam Marsudianto, 2002:7) mendefinisikan kesulitan belajar adalah sebagai berikut:
Ketidakberhasilan dalam proses belajar mengajar dalam mencapai ketentuan bahan tidak dapat dikembalikan hanya satu faktor, akan tetapi kepada banyak faktor yang dapat kita persoalkan adalah siswa yang belajar, jenis kesulitan yang dihadapi siswa dan kegiatan yang terlihat dalam proses belajar mengajar.

Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa kesulitan belajar adalah ketidakmampuan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang di mana setelah mengikuti serangkaian kegiatan belajar yang tidak berjalan secara optimal, misalnya ketidak mampuan untuk konsentrasi dalam pembelajaran, ketidakmampuan untuk mengamati, meniru dari materi yang disajikan oleh guru, ketidakmampuan untuk mengerjakan latihan soal–soal dan sebagainya.
Seorang siswa dinyatakan mengalami kesulitan belajar apabila menjawab soal kurang dari 75% dari tes tersebut. Dan dikatakan tidak mengalami kesulitan belajar jika menjawan benar lebih dari 75% (Arikunto, 1999:98). Tetapi dalam penelitian ini yang akan dianalisis adalah siswa yang mengalami kesulitan menjawab soal kurang dari 61%. Yang disesuaikan dengan SMKB (Setandar Minimum Ketuntasan Belajar) khususnya dalam bidang studi Matematika di SMK Ganesa Metro.
Selain itu, belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat lemah. Jenning dan dunne tahun 1999 (dalam I Gusti Putu Suhartana, 2005) mengatakan bahwa, kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika kedalam situasi kehidupan real (kehidupan nyata). Hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna.
Menurut Soedjadi dkk (dalam I Gusti Putu Suhartana, 2005)
Guru dalam pembelajaran matematika di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberi kesempatan untuk menentukan kembali sendiri ide–ide maematika. Menggantikan pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide–ide matematika dalam pembelajaran dikelas penting dilakukan agar pembelajarna bermakna.

Menurut Vabde Henvel-Panhuizen (dalam I Gusti Putu Suhartana, 2005) “bila anak belajar matematika terpisah dari penglaman mereka sehari–hari, maka anak–anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa matematika realistik merupakan matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menepatkan realitas dan pengalaman sehari–hari siswa sebagai titik awal pembelajaran. Selanjutnya siswa diberi kesempatan menerapkan konsep–konsep matematikan untuk memecahkan masalah dalam bidang lain. Dengan kata lain pembelajaran matematika realistik berorentasi pada matematisasi pengalaman sehari–hari dan merupakan matematika dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat mempelajaran matematika tidak lagi menjadi sulit.

2. Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Kendala yang Muncul di Lapangan.
Pembelajaran matematika yang diterapkan di sekolah saat ini merupakan basik yang sangat penting dalam keikutsertaannya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurut Suyanto (dalam Asmin, 2005), dalam pembelajaran matematika, penyampaian guru cenderung monoton, hampir tanpa variasikreatif, kalau saja siswa ditanya, ada saja alasan yang mereka kemukakan, seperti matematika sulit, tidak mampu menjawab, takut guru kedepan, dan sebagainya. Sementara itu Syahrien (dalam Asmin, 2005) berpendapat “adanya gejala matematika phobia (ketakutan anak pada matematika) yang melanda sebagian besar siswa, sebagai akibat tak kenal maka tak sayang”.
Masalah klaksik yang selalu muncul adalah keluhan masyarakat bahwa proses pembelajaran matematika di sekolah masih menggunakan pendekatan tradisional atau mekanistik, yakni seorang guru aktif mengajarkan matematika, kemudian memberikan contoh dan latihan, disisi lain siswa bersifat sebagai murid, mereka mendengar, mencatat dan mengerjakan latihan. Kesempatan diskusi jarang, di kelas jarang dilakukan serta interaksi dan komunikasi kurang digalakan. Seiring dengan proses pembelajaran seperti itu, menurut De Lange (dalam Asmin, 2005), bahwa tujuan pemberian materi matematika masih berdasarkan matematika untuk matematikawan, bahwa matematiak untuk anak sekolah seyogyanya fokus dan penempaanya harus di sesuaikan dengan apa yang pernah dialami murid setip harinya. Zulkandi (1999) hal ini bertentangan dengan kebutuhkan masyarakat informasi saat ini. Implikasinya bahwa tujuan materi dan proses pembelajaran matematika di Indonesia perlu informasi. De Lange (dalam Asmin,2005) menggaris bawah masalah–masalah utama dalam mengimplementasikan yaitu bagaimana melatih guru untuk menggunakan materi baru tersebut menggunakan pendekatan baru. Hal ini tanpaknya kompleks karena ada beberapa perubahan yaitu:
1) Materi matematika berbeda dengan yang sebelumnya.
2) Peranan guru berubah dari mengajar ketidang mengajar.
3) Materi evaluasi ditekankan pada soal–soal level menengah dan atas meskipun tidak melupakan level bawah.
Perubahan ini harus diperhatikan bila pendapatan RME (Real Mathematics Education) akan diimpelmentasikan di Indonesia. Salter (dalam Asmin, 2005) mengemukakan bahwa semua aktivitas PMR dimedia melalui guru, khususnya melalui tahcer’s beliefs tentang bagaimana mengorganisasi dan menafsirkan. Salah satu strategi kunci dalam situasi ini adalah melibatkan mereka, guru atau calon guru, dalam pengembangan prestasi meraka menggunakan strategi berikut:
1) Kuliah atau trening singkat
2) Pengembangan kurukulum
3) Teknologi
Dari bagian di atas, disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1) PMR Merupakan Pendekatan pembelajaran matematika yang berorentasi pada pematematisasian pengalaman hidup sehari–hari dan mengaplikasikan dalam dunia real yang ditemukan dalam kehidupan sehari–hari.
2) PMR berdasarkan pada teori RME (Real Mathematic Education) yang merupak dunia real dan menggunakan model matematika, memproduksi hasil dan mengembangkan kemampuan siswa melalui interaksi guru dengan cara yang ramah dan bersifat komunikatif.
3) Model PMR akan membantu siswa membentuk sendiri pemahaman matematikanya dengan bantuan guru.
4) Untuk melaksanakan perubahan pada diri siswa, guru harus ikut melaksanakan perubahan dalam kepribadiannya, serta pengetahuan guru tentang aturan belajar siswa harus diperhatikan dengan sungguh–sungguh.
5) Kita harus segera menyiapkan materi kurikulum PMR yang memahami standar kesulitan sebagaimana yang tercerminan dalam ajaran PMR dan tidak sepadat materi yang dalam kurikulum sekarang ini.
6) PMR akan lebih efektif diterapkan pada kelas yang tidak terlalu besar, berkisar 25–30 siswa di dalamnya, sementara di SMK Ganesa Kelas XI Otomotif 1 berjumlah 36 siswa.
7) Pendekatan realitas yang menuntut konteribusi siswa, seyogyanya memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan refleksi, sementara guru berperan sebagai model dalam merefleksi yang dilakukan secara efektif dan konsisten.

3. Pemecahan Masalah Dalam Matematika
Robert Gagne (dalam Erman dan Udin, 1993:158) memberikan teori tentang delapan tipe (jenjang) belajar dalam suatu hiraki hubungan yang berdasarkan atas tahap belajar yang lebih rendah, Hiraki Gagne ini, relevan untuk mempelajari matematika. Delapan tipe belajar menurut Gagne adalah seperti sebagai berikut:
Pemecahan Masalah
Belajar aturan
Belajar konsep
Belajar diskriminasi
Belajar asosiasi verbal
Rangkaian gerak
Belajar merangsang jawaban
Belajar sinyal

Gambar 1. Bagan/urutan tipe belajar menurut Gagne
Dalam pemecahan masalah, biasanya ada lima langkah yang harus dilakukan (Erman dan Udin, 1993:159). Adapun langkahnya sebagai berikut:
1) Menyajikan masalah dalam bentuk yang labih jelas.
2) Menyatakan masalah dalam bentuk yang oprasional.
3) Menyusun hipotesis-hipotesis alternative dan prosedur kerja yang diperkirakan baik.
4) Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya.
5) Mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk belajar memecahkan masalah haruslah menguasai terlebih dahulu konsep dan aturanaturan yang menunjangnya.
Menurut Polya (dalam Hudoyo, 1979) terdapat dua masalah dalam matemaika yaitu:
Masalah menemukan dan masalah membuktikan. Masalah menemukan dapat teoritis atau praktis, abstrak, atau kongkrit. Masalah untuk membuktikan tujuannya untuk menunjukan suatu pernyataan itu benar atau salah tetapi tidak keduanya.

Kemudian Hudoyo (1990) mengemukakan tujuan lengkap dalam menyelasaikan soal matematika, bentuk pemecahan masalah ini adalah:
1) Menetukan apa–apa yang ditanya
2) Mengestimasi jawaban
3) Mencari apa yang diketahui.
4) Memilih konsep teorema rumus yang relevan.
5) Memanipulasi symbol–symbol dan merekayasa apakah setiap langkah sudah benar.
6) Mencocokan hasil yang diperoleh, sehingga memperoleh jawaban yang tepat.
7) Mengoptimalisasikan hasil yang diperoleh ke dalam situasi baru.

Lebih lanjut Hudoyo (1990:143) mengenai langkah–langkah pemecahan masalah menyatakan sebagai berikut:
Penyelesaian masalah biasanya tidak cukup dengan dua atau tiga langkah, melaikan memerlukan banyak langkah, kalaupun memerlukan dua atau tiga langkah, ddiperlukan kegiatan mental yang tinggi sehingga dapat menemukan akal muslihat (trik) dan trik ini perlu diketahui sehingga menemukan peruses jawaban. Penemuan peruses jawaban perlu dinilai ciri–ciri berfikir matematika dapat diungkap dengan jelas.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah–langkah yang perlu dikembangkan dalam menyelesaikan soal adalah sebagai berikut:
1) Menyusun apa yang diketahui dan apa yang ditanya.
2) Mencari aturan–aturan, rumus–rumus yang dapat menghubungkan antara yang ditanya dan yang diketahui.
3) Mengoprasikan aturan–aturan yang telah dibuat pada langkah kedua.
4) Memeriksa ulang langkah (1), (2) dan (3) jika perlu.
Kurangnya kemampuan siswa pada salah satu langkah atau berapa langkah penyelesaian soal–soal tes yang diberikan merupakan kesulitan tersendiri. Pada penelitian ini soal yang diberikan berbentuk tahap–tahap atau langkah pemecahan mengacu pada langkah–langkah pemecahan masalah.
4. Pengertian Trigonometri
Trigonometri merupakan salah satu pelajaran matematika yang penting untuk dipelajari karena mempunyai penerapan yang luas, baik dalam bidang matematika sendiri maupun dibidang pengetahuan yang lainnya. Dan kini perkembangannya sangat luas, sehingga trigonometri ini banyak digunakan sebagai ilmu matematika, juga sebagai dasar atau prasyarat dalam mempelajari matematika dan pelajaran lainnya. Trigonometri dalam matematika memuat identitas, fungsi trigonometri, turunan grafik fungsi trigonometri dan masih banyak lagi yang lainnya.
Trigonometri adalah cabang ilmu matematika yang menyelidiki gerak benda–benda angkasa, tetapi bukan hanya mempelajari tentang segitiga dan sudut–sudut tetapi merupakan cabang dari matematika modern yang membahas tentang sirkulasi dan fungsinya, seperti yang dikatakan oleh Negoro dan Harapan (1982:533) yang mengatakan bahwa:
Trigonometri dahulu disebut ilmu ukur segitiga atau ilmu ukur gineometri. Trigonometri berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata: ‘trigonon’ berarti segitiga, dan ‘Metro’ berarti ukuran. Menurut asalnya trigonometri cabang dari ilmu yang mencoba menyelediki gerak benda-benda angkasa seperti matahari, bulan dan bintang-bintang dan menghitung atau memperkirakan posisinya. Dalam usaha menggunakan trigonometri sebagai dasar penyelidikan dan perhitungan dikenal dua tokoh astronomi bangsa Yunani bernama Hipperchus dan Micaca (abad ke 2 SM) dan Claudius Ptoleni (abad ke 2 SM). Pada perkembangan selama hampir 2000 tahun trigonometri banyak digunakan dalam bidang-bidang astronomi, navigasi, dan penyelidikan-penyelidikan lainnya. Pada saat ini trigonometri bukan hanya studi tentang segi tiga dan sudut-sudut tetapi juga merupakan cabang dari matematika modern yang membahas tentang sirkulasi dan fungsinya.

Dan saat ini perkembangannya sangat luas, sehingga trigonometri ini banyak digunakan ilmu matematika. Juga sebagai dasar atau prasyarat dalam mempelajari matematika dan pelajaran lainnya, trigonometri dalam matematika memuat identitas trigonometri dan lain–lainnya.
Pengertian trigonometri menurut Wikipedia sebagai berikut:
Trigonometri adalah sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segitiga dan fungsi trigonometri seperti sinus, cosinus dan tangen. Kata trigonometri berasal dari bahasa Yunani trigonon yang artinya ‘segi tiga’ dan metria yang artinya pengukuran. Istilah treigonometri pertama kali digunakan oleh pitiscus Bartholomaeus sebagai judul buku berisikan studi tentang segitiga yang di terbitkan pada tahun 1595, meskipun pada tahun 1960 di ubah menjadi trigonometriasive de dimensione triangulae. Ada 2 jenis trigonometri, yaitu: trigonometri bidang berhubungan dengan segitiga dan bidang dua dimensi, trigonometri bola (sphere) berhubungan dengan segitiga yang berbeda pada permukaan bola.
Dapat disimpulkan bahwa trigonometri adalah cabang ilmu matematika yang mempelajari hubungan setiap sudut dan garis pada sebuah segitiga dan fungsi trigonometri seperti sinus, cosinus dan tangens.

5. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses terjadinya perubahan-perubahan dari tingkah lakunya, kemampuan dan ilmu pengetahuan. Seseorang dikatakan belajar apabila dari semula tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah perubahan cara berpikir dalam menyelesaikan masalah dan dapat mengaitkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih dibandingkan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2003:155) mengatakan bahwa “Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahan, sikap dan keterampilan”.
Menurut Ahmadi (1997:21) juga mengatakan “Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam usaha belajar, dalam hal ini usaha belajar atau hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh dalam setiap mengikuti tes”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai dalam usaha belajar siswa dalam waktu tertentu berupa pengetahuan, pengertian ataupun perubahan tingkah laku selelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam bentuk nilai.
Menurut Hamalik (2003:199) mengatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh:
a) Faktor intern: tujuan, minat, aktivitas, kecakapan, kebiasaan belajar, serta penguasaan bahan pelajaran.
b) Faktor ekstern: meliputi faktor lingkungan sekolah berupa cara memberi pelajaran dan bahan-bahan bacaan, alat peraga dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa hasil belajar itu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu intern (faktor yang berasal dari dalam diri siswa) dan faktor ekstern (faktor yang berasal dari luar diri siswa).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai setelah menerima suatu pengetahuan yang diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka juga perbuatan. Juga hasil dari siswa dalam kegiatan belajar di mana hasil belajar tersebut diperoleh suatu perubahan berupa penguasaan sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang akan berbeda antar siswa yang satu dengan yang lainnya. Pengetahuan dan keterampilan yang dimaksud merupakan usaha siswa yang nampak dalam perubahan tingkah laku sebagai hasil dalam proses belajar yang di mana hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa.

B. Kerangka Berpikir

Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, penulis perlu membuat pemikiran penelitian mengenai konsep teoritis tentang keterkaitan variabel dalam penelitian dengan memperjelas langkah–langkah penelitian yang akan ditempuh. Yang dimaksud kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah konsep teoritis yang menyatakan hubungan antar variabel pengaruh dan variabel terpengaruh.
Penelitian ini bersifat menganalisis dan menemukan penyebab kesulitan belajar penguasaan konsep pada materi pokok trigonometri dengan metode deskriptif. Untuk mengetahui penyebab kesulitan penguasaan konsep trigonometri, diberikan tes trigonometri dalam bentuk esai. Tes bentuk essai ini sangat cocok untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap kesulitan mengerjakan soal trigonometri. Kesulitan penguasaan ini dapat dianalisis dan tahap-tahap penyelesaian soal yang dikerjakan oleh siswa. Dari tahap-tahap atau cara menyelesaikan trigonometri itu dapat ditemukan penyebab kesulitan mengerjakan soal trigonometri.
Kesulitan belajar siswa yaitu hal-hal atau gangguan yang dapat mengakibatkan kegagalan atau setidaknya menjadi gangguan yang bisa menghambat belajar. Kesulitan-kesulitan itu biasanya dijumpai dalam usaha meningkatkan hasil belajar. Semakin kurangnya kesulitan belajar siswa, maka akan semakin tinggi hasil yang akan dicapai. Sebaliknya, semakin banyak kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar, tentunya akan semakin rendah tingkat hasil belajar yang akan dicapai.
Kesulitan penguasaan konsep adalah ketidakmampuan siswa untuk memahami soal-soal trigonometri sesuai dengan fokus penelitian yang diinginkan. Banyak faktor yang menjadi penyebab kesulitan penguasaan konsep trigonometri. Faktor-faktor itu secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Tetapi dalam pelajaran matematika, hal yang dominan terhadap kesulitan mengerjakan soal adalah faktor intern, yaitu pengetahuan yang dimiliki dan dikuasai oleh siswa tersebut.
Pengetahuan yang dimiliki dan dikuasai oleh siswa tersebut dapat dilihat dari cara mereka menyelesaikan soal karena dalam matematika bukan hanya hasil akhir yang diutamakan, tetapi proses penyelesaian juga diperhatikan, maka penguasaan proses harus baik untuk memperoleh hasil yang benar. Untuk menjalankan proses penyelesaian dengan baik dan benar, siswa tersebut harus memahami dan terampil dalam menganalisis dan mengaplikasikan berbagai konsep dasar yang menjadi prasyaratnya.
Dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Siswa mengalami kesulitan matematika di kelas. Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami konsep-konsep matematika, dan siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna. Guru dalam pembelajaranya di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswi kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi kembali ide-ide matematika. Mengaitkan matematika kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran dikelas penting dilakukan agar pembelajaran bermakna.
Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran matematika realistik (MR). Realistic Mathematics Education (RME) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Teori RME pertama kali diperkanalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudental. Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian

Rencana penelitian dapat diartikan sebagai straegi untuk mengetur latar (setting) penelitian memperoleh data yang dapat sesuai dengan karateristik dan tujuna penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian dalam penelitian ini adalah metode tes. Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Melaksanakan observasi yang bertujuan untuk mendapatkan data awal yang akan memberikan gambaran umum masalah penelitian.
2) Menetukan jumlah siswa kelas XI SMK Ganesa Metro yang akan dijadikan sumber data.
3) Menentukan materi matematika semester genap berpedoman pada kurikulum berbasis kompetensi.
4) Menentukan skor hasil yang diperoleh untuk persiapan analisis perkomponennya.
5) Menganalisis data hasil penelitian yaitu terhadap karakteristik variable yang diteliti dan mendesripsikan data yang telah diperoleh.

B. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI Otomotif 1 SMK Ganesa Metro Tahun Pelajaran 2010/2011 yang tidak tuntas (yang mengikuti remidi). Dari seluruh siswa kelas XI SMK Ganesa Metro dari 84 yang mendapatkan remidi, diambil 30,5% atau 36 siswa. Adapun teknik yang digunakan proposional randum sampling.

C. Instrumen Penelitian

Untuk mengungkap data mengenai kesulitan belajar trigonometri, penelitian menggunakan soal tes. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Bentuk tes yang digunakan adalah tes essai yang bertujuan mengetahui tahap demi tahap kesulitan dalam mengerjakan tes yang diberikan.
Tes essai ini dibuat berdasarkan sub pokok bahasan yang terdapat pada pokok bahasan trigonometri. Sub pokok bahasan trigonometri kelas XI Otomotif 1 semester Genap SMK Ganesa Metro Tahun Pelajaran 2010/2011, sebagai berikut:
1) Perbandingan trigonometri
2) Identitas trigonometri
3) Nilai fungsi trigonometri sudut khusus
4) Grsfik fungsi trigonometri
5) Aturan sinus
6) Aturan kosinus
7) Luar segitiga
Adapun ketentuan perolehan skor tiap soal adalah 0 sampai 100. Dengan perincian sebagaim berikut:
1) Tidak memberijawaban sama sekali diberi skor 0
2) Menuliskan apa yang diketahui diberi skor 1.


3) Menulis apa yang ditanya diberi skor 1
4) Dapat mengestimasikan jawaban diberi skor 1.
5) Dapat menulis rumus-rumus yang digunakan skor 2.
6) Dapat memanipulasi symbol-simbol dalam merekayasa apakah setiap langkah sudah diberi skor 2.
7) Jawaban yang perosesnya benar tetapi belum selesai sampai akhir atau salah diberi skor 2 tetapi jika jawaban yang prosesnya benar dan hasil akhirnya benar diberi skor 3.
Tes yang digunakan berupa soal essai sebanyak 5 soal, di mana soal dibuat berdasarkan Silabus Kurikulum 2006 (KTSP) Semester Genap yang membuat kompetensi Dasar (KD) dan Indikator soal. Kompetensi Dasar (KD) yang diambil khusus materi Trigonometri. Seperti terlihat table berikut:
Tabel 2. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator soal berdasarkan Silabus 2010.
Kompetensi Dasar Indikator soal
1. Menggunakan sifat dan aturan tentang fungsi Trigonometri, rumus sinus dan kosinus dalam pemecahan masalah.





2. Melaksanakan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis yang berkaitan dengan fungsi trigonometri.
3. Menggunakan sifat dan aturan tentang fungsi trigonometri, rumus sinus dan cosinus dalam pemecahan masalah. • Menyusun dan Menentukan nilai perbandingan trigonometri.
• Menyusun dan menggunakan aturan cosines disemua kuadran
• Menyusun dan menggunakan aturan sinus suatu sudut
• Menentukan besarnya sudut nilai sinus, cosinus dan tangennya. Cosinus suatu sudut
• Menyusun, menggunakan, dan membuktikan identitas trigonometri.
• Mengkonstuksikan gambar grafik fungsi cosinus.
• Menyusun dan menentukan nilai luas segitiga.
Sumber: Silabus Kurikulum 2006 (KTSP) Semester Genap.

D. Teknik Analisis Data

a. Analisis Aktivitas Siswa.
Data aktivitas siswa diperoleh dari hasil Observasi dan diperoleh tabel observasi nilai sumatif pokok bahasan trigonometri dapat dihitung persentasenya dengan rumus:
%A=
Keterangan:
%A= Aktivitas siswa.
= Jumlah siswa yang aktif.
= Jumlah seluruh siswa.
b. Hasil Belajar.
Pada hasil belajar siswa yang diukur adalah ketuntasan belajar di mana datanya diperleh dari tes tertulis yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Data hasil tes tersebut dipersentasekan dengan rumus:

Keterangan:
= Tingkat ketuntasan belajar.
= Jumlah siswa yang telah tuntas (mendapat skor ≥60)
= Jumlah siswa yang mengikuti tes.


1. Analisis Data dan Kesulitan Belajar Trigonometri
Siswa yang dianggap mengalami kesulitan bila siswa tersebut memperoleh skor kurang dari 61. Untuk data yang diamati adalah siswa yang terambil dalam sempel.
Untuk mengetahui kesulitan belajar yang terjadi dalam penyelesaian test trigonometri dapat dianalisis pada proses tahap siswa tersebut menyelesaikan soal test yang siberikan. Tahap–tahap yang di nilai yaitu:
1. Menulis hal yang ditanyakan dalam soal
2. rumus yang digunakan
3. menjelaskan rumus
4. membuat kesimpulan jawaban tersebut.
Siswa diberikan kebebasan dalam menjelaskan dan memggunakan rumus tersebut sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki, sehingga akan terlihat pada tahap yang mana siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal trigonometri tersebut.


2. Analisis Data Skor Rata-rata Sub Pokok Bahasan
Menurut Arikunto (2003:264) menyatakan bahwa “Jadi untuk mencari nilai rata-rata, tinggal menjumlah semua skor dibagi dengan banyaknya siswa yang memiliki skor”. Dari pernyataan tersebut maka rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata kelas adalah sebagai berikut:

Keterangan :
= Skor rata–rata untuk soal ke-i (i= 1,2,3...10)
= Jumlah Skor untuk soal ke-i
n = Jumlah Sempel
Setelah dihitung rata–rata tiap soal, kemudian dihitung rata –rata sub pokok bahasan yang paling rendah. Rata–rata sub pokok bahasan yang paling rendah itu adalah sub pokok bahasan yang sulit menurut siswa, dalam mengerjakan soal trigonometri tersebut.


3. Penapsiran Skor dan Pedoman Konversi Nilai
Dari lima soal yang di buat berdasarkan indikator Kompetensi dasar, pemberian soal tiap soal berbeda berdasarkan bentuk soal dan tingkat kesulitannya. Adapun skor tiap soal disajikan bentuk tabel berikut:
Tabel 3. Skor Analisis Reabilitas Butir soal pada pokok bahasan perbandingan trigonometri dan fungsi trigonometri.

NO SOAL 1 2 3 4 5
SKOR 10 15 15 30 30

Perolehan skor mentah siswa jika benar semua 100 dan jika tidak mengerjakan sama sekali nilai 0. perolehan skor siswa masih mentah tersebut akan ditapsirkan untuk menetapkan nilai yaitu dengan cara di konversikan menggunakan skala sebelas. Adapun langkahnya sebagai berikut:
1. Menentukan Rentang
R = Nilai terbesar–nilai terkecil
2. Banyak Kelas
K = 1 + 3,3 log n
3. Panjang Kelas
4. Daftar Distribusi frekuensi

Tabel 4. Skor Analisis Perhitungan Validitas Item pada pokok bahasan perbandingan trigonometri dan fungsi trigonometri

NO SKOR SISWA fi xi fi.xi fi.xi2



5. Rata–rata
6. Simpangan Baku

4. Analisis Data Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan
Nilai yang diperoleh siswa untuk test trigonometri dari 0 sampai 100. data hasil tes dideskripsikan dengan diagram pohon, dari diagram pohon tersebut dapat diketahui nilai terendah dan tertinggi yang diperoleh siswa.
Siswa yang mendapat nilai lebih atau sama dengan 61% dikatagorikan siswa tidak mengalami kesulitan belajar trigonometri. Sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang dari 61% di katagorikan siswa yang mengalami kesulitan belajar trigonometri. Dari hasil jawaban dapat dilihat dengan jelas siswa yang mengalami kesulitan belajar trigonometri digunakan rumus:
Jumlah Sampel yang Mendapat Nilai 61
Jumlah Sampel

Selasa, 13 Juli 2010

PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE COLLABORATIVE LEARNING DAN METODE EKSPOSITORI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMK BUDI UTOMO 2 WAY JEPARA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan pendidikan selalu berlangsung di dalam suatu lingkungan. Dalam konteks pendidikan, lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar diri anak. Lingkungan dapat berupa hal-hal yang nyata, seperti tumbuhan, orang, keadaan, politik, kepercayaan dan upaya lain yang dilakukan manusia, tersebut di dalamnya adalah pendidikan.
Di dalam konteks pembangunan manusia seutuhnya, keluarga, sekolah dan masyarakat akan menjadi pusat-pusat kegiatan pendidikan yang akan menumbuhkan dan mengembangkan anak sebagai mahluk individu, social, susial dan relegius. Dengan diperhatikan bahwa anak adalah individu yang berkembang, ia membutuhkan pertolongan dari orang yang telah dewasa, anak harus dapat berkembang secara bebas, tetapi terarah. Pendidikan harus dapat memberikan motivasi dalam mengaktifkan anak

Ketiga lambaga pendidikan, yaitu lembaga pendidikan keluarga, lembaga pendidikan sekolah, dan lembaga pendidikan masyarakat mempunyai tanggung jawab dan peranan masing – masing dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan yaitu pendewasaan diri manusia.

1.2 Tujuan
1. untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar pendidikan
2. mengetahui bagaimana sebab fungsi dan peran serta tanggung jawab lembaga pendidikan.
3. mengetahui bagaimana lembaga pendidikan yang ada di masyarakat.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan lembaga Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses yang kompek dan melibatkan berbagai pihak, khususnya keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sebagai lingkungan pendidikan yang di-kenal sebagai tripusat pendidikan. Fungsi dan peran tripusat pendidikan itu baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan yakni membangun manusia Indonesia satu-satunya. Serta menyiapkan sumber daya membangun yang bermutu. Dengan demikian, pemenuhan fungsi dan peranan itu secara optimal merupakan salah satu factor penentu keberhasilan nasional.
Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa lembaga pendidikan pengaruh terhadap corak dan karakter masyarakat. Sebagai sistem sosial lembaga pendidikan harus memiliki fu-ngsi dan peran dalam masyarakat yang memiliki perubahan lebih baik dalam berbagai aspek. Ada 3 macam lembaga pendidikan yaitu lembaga pendidikan keluarga, lembaga pendidikan sekolah dan lembaga pendidikan masyarakat.

2.2 Lembaga Pendidikan Keluarga

Hampir semua pendidikan awal yang ditarima anak adalah dalam keluarga. Ka-rena itu, keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, yang bersifat formal dan ko-ngkrit. Lahirnya keluarga sebagai pendidikan sejak manusia itu ada. Ayah dan ibu seba-gai pendidik, dan anak sebagai terdidik. Tugas keluarga adalah melekat dasar-dasar bagi perkembangan anak berikutnya, agar anak dapat berkembang secara baik.
1. Fungsi dan peranan pendidikan keluarga
a. Pengalaman pertama masa kanak-kanak
Pengalaman ini merupakan factor yang sangat penting bagi perkembangan be-rikutnya, khusus nya dalam perkembangan pribadinya. Kehidupan keluarga sangat penting, sebab pengalaman masa kanak-kanak akan memberi warna pa-da perkembangan selanjutnya.

b. Menjamin kehidupan emosional anak
Tiga hal yang menjadi pokok dalam pembentukan emosional anak, adalah:
1. pemberian perhatian yang tinggi terhadap anak, misalnya dengan me-nuruti kemauannya mengontrol kelakuannya, dan memberikan rasa pe-rhatian yang lebih.
2. pencurahan rasa cinta dan kasih sayang, yaitu dengan berucap lemah lembut, berbuat yang menyenangkan dan selalu berusaha menyelipkan nilai pendidikan pada semua tingkah laku anak.
3. memberikan contoh kebiasaan hidup yang bermanfaat bagi anak, yang dimharapkan akan menumbuhkan sikap kemandirian anak dalam me-laksanakan aktifitasnya sehari-hari.

c. Menanamkan dasar pendidikan social
Seperti pepatah “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Anak akan selalu ber-usaha menirukan dan mencontoh perbuatan orang tuanya. Karena nya, orang tua harus menjadi suri teladan yang baik. Misalnya dengan mengajarkan tutur kata dan perilaku yang baik bagi anak-anak nya.

d. Memberikan dasar pendidikan social
Warga sebagai komunitas terkecil dalam kehidupan social merupakan satu te-mpat awal bagi anak dalam mengenal nilai-nilai social. Di dalam keluarga, akan terjadi contoh kecil pendidikan sosial bagi anak. Orang tua sebagai tel-adan , sudah semestinya memberikan contoh yang baik bagi anak-anak.

e. peletakan dasar - dasar keagamaan
masa kanak-kanak adalah masa paling baik dalam menanamkan nilai dasar keagamaan. Kehidupan keluarga yang penuh dengan suasana keagamaan yang penuh suasana keagamaan akan memberikan pengaruh besar kepada anak. Ke-biasaan orang tua mengucapakan salam ketika akan masuk rumah meru-pakan contoh langkah bijak sana dalam upaya penanaman dasar relegius.

2. Tanggung Jawab Keluarga
1. adanya motivasi dan dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak. Hubungan yang tidak didasari cinta kasih akan menimbulkan be-berapa sifat negative bagi perkembangan anak. Begitu pula, tidak cukupnya ke-butuhan anak akan kasih sayang akan membuat anak selalu merasa tertekan dan akan selalu ragu dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
2. pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Usia anak yang masih diniakan cukup mambantu or-ang tua dalam penanaman sikap kehidupan. Rasa ingin tahu akan menhasilkan pengetahuan yang asli dan berakar bagi anak. Keluarga harus mampu menggu-nakan masa ingin untuk betul-betul membantu kepribadian awal anak sebagai anggota keluarga.
3. tanggung jawab social adalah bagian dari keluarga pada gilirannya akan m-enjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan Negara. Masyarakat yang seja-htera dibentuk dari kelurga-keluarga sejahtera pula. Kelurga merupakan awal perubahan dalam masyarakat yang sejahtera.
4. memelihara dan membesarkan anaknya. Ikatan darah dan batin antara orang tua dan anak akan memberikan dorongan alami bagi orang tua untuk betul-betul mendidika anak menjadi apa yang mereka inginkan.
5. memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keteramp-ilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak, sehingga bila ia telah dewasa ak-an mampu mandiri.

2.3 Lembaga Pendidikan Sekolah
Akibat terbatasnya kemampuan orang tua dalam mendidik anaknya maka diper-cayalah tugas mengajar itu kepada orang dewasa lain yang lebih ahli dalam lembaga pendidikan formal, yaitu guru. Sekolah sebagai wahana pendidikan menjadi produsen penghasil individu yang berkemapuan secara intelektual dan skill. Karenanya, sekolah perlu dirancang dan dikelola dengan baik. Karakteristik pendidikan disekolah antara lain:
Diselenggarakan secara khusus dan dibagikan atas jenis jenjang yang memliki hubu-ngan hierakis.
1. Usia anak didik di suatu jenjag pendidikan relative homogen.
2. Waktu pendidikan relative lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan.
3. Materi atau pendidikan lebih banyak bersifat akademik dan umum.
4. adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban kebutuhan di-masa yang akan dating.
1. Fungsi dan Peranan Sekolah

1. Fungsi Lembaga Sekolah
a. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan anak didik
b. Spesialisasi dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
c. Pendidikan dilakukan dalam program tertentu dan sistematis.
d. sosialisasi yaitu proses perkembangan individu menjadi mahluk social yang mampu beradaptasi dengan masyarakat.
e. Konservasi dan trasmisi cultural, yaitu pemeliharaan warisan budaya. Dapat di-lakukan dengan pencairan dan penyampaian budaya pada anak didik selaku gen-erasi muda.
f. Transisi dari rumah ke masyarakat. Sekolah menjadi tempat anak untuk melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab anak sebagai persiapan untuk terjun langsung kemasyarakat.

2. Peranan Lembaga Sekolah
a. Tempat anak didik belajar bergaul, baik sesamanya, dengan guru dan dengan kariawan.
b. Tempat anak didik menaatui peraturan sekolah.
c. Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa dan Negara.

2. Tanggung Jawab Sekolah
1. Tanggung jawab formal kelembaga sesuai dengan fungsi dan tujuan yang dite-tapkan menurut ketentuan yang berlaku.
2. Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat pendi-dikan.
3. Tanggung jawab fungsional adalah tanggung jawab profisional pengelola dan pelaksanaan pendidikan yang menerima ketetapan ini berdasrkan ketentuan jabatan.

3. Sifat-sifat Lembaga Pendidikan Sekolah
1. Tumbuh sesudah keluarga ( Pendidikan kedua ), maksudnya sekolah memikul tangung jawab dari keluarga untuk mendidika anak mereka.
2. Lembaga pendidikan formal, dalam arti memiliki program yang jelas, teratur dan resmi.
3. Lembaga pendidikan tidak bersifat kodrat. Maksudnya hubungan guru dan mu-rid bersifat dinas, bukan sebagai hubungan darah.

4. Macam-macam Sekolah
a. di tinjau dari segi yang mengusahakan
1. sekolah negeri, yaitu sekolah yang diusahakan oleh pemerintah, baik segi fasilitas, keuangan maupun tenaga pengajar.
2. sekolah swasta, yaitu sekolah yang diusahakan oleh badan-badan swasta. Terdiri atas 4 status yakni : Disamakan, Diakui, Terdaftar dan Tercatat.
b. di tinjau dari tingkatan
1. pendidikan prasekolah, yaitu pendidikan sebelum sekolah dasar.
2. pendidikan dasar, yaitu sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah dan SLTP/MTs.
3. pendidikan menengah, yaitu SLTA dan kejurusan / Madrasah aliah
4. pendidikan tinggi, yaitu : akademi,instintut sekolah tinggi atau Universitas.
5. ditinjau dari sifatnya
a. sekolah umum yaitu sekolah yang belum mempersiapkan anak dalam sepesialisasi pada bidang pekerjaan tertentu. Misalnya : SD,SLTP dan SLTA.
b. Sekolah kejurusan, yakni lembaga pendidikan sekolah yang mempersiapkan anak untuk menguasai keahlian-keahlian tertentu. Misalnya: SMEA,MAK dan STM.
5. Sumbangsih Khas Sekolah Sebagai Lembaga Pendidikan

a. Sekolah melaksanakan tugas mendidik maupun mengajar anak,serta memperbaiki, sertamemperbaiki, memperluas tingkah laku si anak didik.
b. Sekolah memdidik maupun mengajar anak didik menerima dan memiliki kebudayaan bangsa.
c. Sekolah membantu anak didik mengambangkan kemampuan intelektual dan keterampilan kerja.

2.4 Lembaga Pendidikan Masyarakat

Masyarakat sebagai lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap peribadi seseorang. Dalam halini, masyarakat mempunyai peranan penting dalam upaya ikut serta menyelenggarakan pendidikan, membantu pengadaan tenaga dan biaya, sarana dan perasarana serta meyediakan lapangan kerja. Karenanya, partisipasi masyarakat membantu pemerintah dalam usaha mencrdasakan kehidupan bangsa yang sangat di herapkan. Pendidikan dalam msayarakat memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1. Diselenggarakan dengan sengaja diluar sekolah
2. Peserta umumnya mereka yang tidak sekolah atau drop aut
3. Tidak bisa mengenal jenjang dan program pendidikan untuk jenjang waktu pendek.
4. Peserta tidak perlu homogen
5. Ada waktu belajar dan metode formal, serta evaluasi yang sistematis
6. Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus
7. Keterampilan kerja sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan meningkatkan tariff hidup.

1. Beberapa Istilah Jalur Pendidikan Luar Sekolah
1. Pendidikan sisial, yaitu Proses yang diusahakan dengan usaha didalam masyarakat untuk mendidik individu dan lingkungan social, supaya bebas dan bertanggung jawab
2. Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan yang ditujukan kepada orang dewasa, termasuk pemuda diluar batas umur tertinggi kewajiban belajar dan dilakukan diluar lingkungan dan sistem persekolahan resmi.
3. Pendidikan rakyat adalah tindakan-tindakan atau pengaruh yang terkadang mengenai seluruh rakyat.
4. Pendidikan Luar sekolah adalah pendidikan yang dilakukan diluar sistem persekolahan biasa.
5. Mass Educasion adalah Pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa diluar lingkungan sekolah
6. adult educasion adalah pendidikan untuk orang dewas yang mengambil umur batas tertinggi dari masa kewajiban belajar.
7. Extension Educasion adalah suatu bentuk dari adult education, yaitu yang diselenggarakan diluar sekolah biasa, yaitu yang dikelola oleh perguruan tinggi untuk menyatuhi hasrat masyarakat yang ingin masuk dunia universitas, misalnya universitas terbuka.
8. Fundamental Education ialah pendidikan yang bertujauan membantu untuk mencapai kemajuan social ekonomi, agar mereka dapat menepati posisi yang layak.
2. Sasaran dan Program Pendidikan Jalur Luar Sekolah
1. Para Buruh dan Petani
Kebanyaka berkependidikan rendah atau tida sama sekali. Pendidikan yang dierikan adalah pendidikan yang mampu menolong meningkatkan produktifitas dengan mengajarkan keterampilan dan metode baru, yang mendidik mereka agar memenuhi kewajiban sebagai warga Negara dan kepala keluarga serta mampu menggunakan waktu secara efektif.
2. Para Remaja Putus Sekolah
Golongan remaja yang menganggur memerlukan pendidikan yang menarik, merangsang dan relevan dengan kebutuhan hidupnya.
3. Para Pekerja Yang Berketerampilan
Agar mampu menghadapi berbagai tantangan masa depan, maka program pendidikan yang diberikan kepada ereka hendaknya yang bersifat kejujuran dan teknik. Dengan tujuan dapat menyelamatkan mereka dari bahaya keuangan, pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki serta membuka alan bagi mereka untuk naik ke jenjang hidup yang lebih baik.
4. Golongan Teknisi dan Profesional
Mereka memegang peranan penting dalam kemajuan masyarakat. Karenanya, peran mereka harus diopimalkan dengan memperbaharui dan menambah pengetahuanya serta keterampilannya.
5. Para Pemimpin Masyarakat
Termasuk didalamnya peran pemipin politisi, agama, social dan sebagainya. Mereka dituntut mampu mengaplikasikan berbagai pengetahuan mereka dan berusaha untuk memperbaharui sikap dan gagasan yang sesuai dengan kemajuan dan pembangunan.
6. Anggota Masyarakat yang Sudah Tua
Akibat perkembangan zaman, banyak ilmu pengetahuan yang meeka dapatkan. Karena itu pendidikan merupakan kesempatan yang berharga bagi mereka.












BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Dalam Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan seumur hidup dikelola atas tanggung jawab keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dimana masisng-masing mempunyai tanggung jawab yang terpadu dalam rangka pencapaian tujuan nasional.
Keluarga sebagai lingkungan pertama, bertanggung jawab untuk memberikan dasar dalam menumbuhkembangka anak sebagai mahluk individu, social, susila dan relegius.
Sekolah sebagai lingkungan kedua bertugas mengembangkan potensi dasar yang dimiliki individu agar memiliki kecerdasan intelektual dan mentel. Dari indiviru yang cerdas, akan lahir bangsa yang cerdas yang mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Masyarakat sebagai lembaga ketiga memberikan anak kemapuan penalaran, keterampian dan sikap. Juga menjadi ajang pengoptimalan perkembangan dari setiap individu.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pustaka Yang Menyangkut Variabel Penelitian
1. Tinjauan Tentang Belajar
a. Pengertian Belajar
Siswa dikatakan telah belajar apabila terdapat perubahan perilaku pada siswa tersebut atau memperbaiki pengalaman yang telah dimiliki. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan hamalik (2005:27) bahwa ”belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”.

Sedangkan menurut Slameto (2006:20) menyatakan ”belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya”.
Pendapat ini didukung oleh kimble (dalam simanjutak 1992:38) menyatakan bahwa:
belajar adalah perubahan yang relatif mantap dalam potensi tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan penguatan dan tidak termasuk perubahan–perubahan karena kematangan, kelelahan, atau kerusakan pada susunan saraf pada seseorang yang mengalaminya.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar proses perubahan tingkah laku yang dialami oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya dan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri si belajar akibat dari pengalaman yang diperoleh dari serangkaian kegiatan dan bukan perubahan tingkah laku yang diakibatkan karena kematangan (mature) atau kerusakan pada susunan saraf.

b. Pengertian Hasil Belajar
Dalam penelitian ini penulis mengutip beberapa pendapat para ahli dalam bidang pendidikan, yang mendukung dalam penelitian yang penulis lakukan.
Menurut (Roestiyah. 1990:44) menyatakan bahwa:
Mengajar yang efektif yaitu mengajar yang dapat membawa anak efektif pula. Salah satu syarat untuk melaksanakan cara belajar yang efektif adalah guru harus mempergunakan banyak metode, waktu mengajar, variasi metode yang akan mengakibatkan bahan pelajaran lebih menarik dan kelas menjadi aktif.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar guru harus terampil memilih metode mengajar sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksana dengan baik, karena pemilihan metode disini tiada lain adalah guna meningkatkan daya serap siswa terhadap pelajaran yang diberikan.

Menurut Depdikbud (1996: 35) dinyatakan bahwa:
Hasil Belajar adalah penyerapan yang setinggi-tingginya terhadap apa-apa yang dipelajari sendiri atau apa yang diberikan oleh guru terutama berupa pengetahuan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi sehingga siswa tersebut dapat mengembangkan hasil yang dimiliki.


Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar berdasarkan kreteria tertentu dalam pengukuran pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri.

Menurut Dimyati (1999:3) menyatakan bahwa:
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengalaman dari puncak proses belajar.


Pendapat ini didukung oleh mulyono yang dikutip dari winkel (1999:20) ”hasil belajar adalah kemampuan yang dipereloh anak setelah melalui kegiatan belajar, belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh bentuk perubahan perilaku yang relatif mantap”.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang dialami oleh seseorang setelah mengalami kegiatan belajar. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa, diperlukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Hasil belajar sangat tergantung dari proses pembelajaran yang dilalui oleh siswa, dalam hal ini siswa tidak bisa dipisahkan dari peranan guru selama proses belajar mengajar berlangsung.
Siswa dikatakan telah mengerti mengenai materi yang telah diajarkan atau belum dapat dilihat dari hasil tes yang diperoleh siswa. Tujuan dari belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan seta pembentukan sikap. Untuk mendapatkan itu semua siswa harus belajar. Proses pembelajaran yang berlangsung tentu harus menyenangkan agar siswa mudah dalam menyerap pelajaran. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses pembelajaran maka diadakan evaluasi dengan menggunakan tes.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2005:27) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
i. Faktor intern yaitu, tujuan, minat, intelegensi, aktivitas, kesehatan, dan kebiasaan belajar.
ii. Faktor ekstern yaitu lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.


Dari pendapat di atas faktor yang mempengaruhi hasil belajar dalam penelitian ini hanya akan dibahas dari salah satu faktor saja yaitu faktor ekstern. Dari faktor ini yang akan dibahas adalah tentang lingkungan sekolah yaitu guru menerapkan metode mengajar yang tepat sehingga dapat menimbulkan hasil belajar yang diharapkan sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan .





2. Metode Pembelajaran Collaborative Learning
Pembelajaran kolaboratif dapat didefinisikan sebagai filsafat pembelajaran yang memudahkan para siswa bekerjasama, saling membina, belajar dan berubah bersama, serta maju bersama pula. Inilah filsafat yang dibutuhkan dunia global saat ini. Bila orang-orang yang berbeda dapat belajar untuk bekerjasama di dalam kelas, dikemudian hari mereka lebih dapat diharapkan untuk menjadi warganegara yang lebih baik bagi bangsa dan negaranya, bahkan bagi seluruh dunia. Akan lebih mudah bagi mereka untuk berinteraksi secara positif dengan orang-orang yang berbeda pola pikirnya, bukan hanya dalam skala lokal, melainkan juga dalam skala nasional.
Menurut Rosyada. (2008) menyatakan bahwa:
Collaborative Learning adalah Metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara kerjasama yang dikembangkan guru dengan siswanya tidak sebatas dalam menyelesaikan berbagai persoalan dalam bahan ajar, tapi juga dalam menentukan pokok bahasan, strategi, dan alat.
Apa sebenarnya Collaborative Learning (CL) itu ? menurut pendapat (Gokhale. 1995) diartikan sebagai:
Suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam aktivitas kelompok kecil (minimal dua orang) untuk mencapai tujuan akademik tertentu. Melalui cara belajar seperti diskusi dan aktivitas pertukaran ide, peserta didik mendapatkan porsi lebih untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran sekaligus belajar mengemban tanggung jawab akan kelancaran jalannya proses pembelajaran.
Pembelajaran kolaboratif merupakan metode pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat samapai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). (Sanjaya, 2006). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran kolaboratif memudahkan para siswa belajar dan bekerja bersama, saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara kelompok maupun individu. Berbeda dengan pembelajaran konvensional, tekanan utama pembelajaran kolaboratif adalah “belajar bersama”.
Tetapi, dalam perspektif ini tidak semua “belajar bersama” dapat digolongkan sebagai belajar konvensional apalagi kolaboratif. Bila para siswa didalam suatu kelompok tidak saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara kelompok maupun individu, kelompok itu tak dapat digolongkan sebagai kelompok pembelajaran kolaboratif. Kelompok itu mungkin merupakan kelompok pembelajaran konvensional atau bahkan sekedar belajar bersama-sama. Pembelajaran kolaboratif adalah suatu filsafat personal, bukan sekadar teknik pembelajaran di kelas.
Menurut (Ted Panitz,1996) menyatakan bahwa “kolaborasi adalah filsafat interaksi dan gaya hidup yang menjadikan kerjasama sebagai suatu struktur interaksi yang dirancang sedemikian rupa guna memudahkan usaha kolektif untuk mencapai tujuan bersama”.
Menurut (Lie,2005) Adapun prosedur pembelajaran kolaboratif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu:
1. Penjelasan Materi. Tahap penjelasan materi diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelopmpok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini pula guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (tim).
2. Belajar dalam kelompok. Setelah guru memberikan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan dalam pembelajaran ini bersifat heterogen artinya kelompok tersebut dibentuk berdasarkan latar belakang yang berbeda-beda, baik siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi dengan siswa yang kemampuan akedemisnya sedang atau rendah.
3. Penilaian. Penilaian dalam pembelajaran ini dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis yang dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap sisw adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua.
4. Pengakuan Tim. Pengakuan Tim (team recognation) adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi adalah kemudian diberikan pengakuan atau penghargaan. Pemberian pengakuan dan penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih meningkatkan prestasi mereka

Pembelajaran kolaboratif menurut Alwasilah. (2000). ini memiliki sejumlah kelebihan sebagai berikut:
a. Menanamkan kerjasama dan toleransi terhadap pendapat orang lain dan meningkatkan kemampuan memformulasi dan menyatakan gagasan
b. Menanamkan sikap akan menulis sebagai suatu proses karena kerja kelompok menekankan revisi, memungkinkan siswa yang agak lemah mengenal tulisan karya sejawat yang lebih kuat
c. Mendorong siswa saling belajar dalam kerja kelompok, dan menyajikan suasana kerja yang akan mereka alami dalam dunia professional di masa mendatang.

Dari kebaikan dan keunggulan pembelajaran kolaboratif di atas penulis simpulkan bahwa dalam proses pembelajaran kolaboratif pada hakekatnya adalah pada segala situasi, ketika sejumlah orang berada dalam suatu kelompok, kolaborasi merupakan suatu cara untuk berhubungan dengan saling menghormati dan menghargai kemampuan dan sumbangan setiap anggota kelompok. Didalamnya terdapat pembagian kewenangan dan penerimaan tanggung jawab di antara para anggota kelompok untuk melaksanakan tindakan kelompok. Pokok pikiran yang mendasari pembelajaran kolaboratif adalah konsensus yang terbina melalui kerjasama di antara anggota kelompok sebagai lawan dari kompetisi yang mengutamakan keunggulan individu.
Para praktisi pembelajaran kolaboratif memanfaatkan filsafat ini di kelas, dalam rapat-rapat komite, dalam berbagai komunitas, dalam keluarga dan secara luas sebagai cara hidup dengan dan dalam berhubungan dengan sesama. Inti pembelajaran kolaboratif adalah bahwa para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Antaranggota kelompok saling belajar dan membelajarkan untuk mencapai tujuan bersama. Keberhasilan kelompok adalah keberhasilan individu dan demikian pula sebaliknya.
Adapun kekurangan atau kelemahan dari pembelajaran kolaboratif (Alwasilah, 2000) adalah:
1. Sulitnya mendapatkan sejawat yang dapat bekerja sama;
2. Dalam kerja kelompok seringkali didapat terlalu banyak alternatif atau saran perbaikan yang membingungkan
3. Keberhasilan dalam mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang.
4. Penilaian yang diberikan guru didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu.


Dari hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kolaboratif secara hakiki adalah sebuah proses sosial dimana para siswa saling mencari pemahaman bersama.Untuk memperoleh pemahaman tersebut, setiap anggota berperan sesuai dengan sejumlah aturan interaksi dan aturan sosial. Anggota-anggota ini membangun tujuan yang sama, di mana mereka memiliki pengetahuan yang berlainan, mereka berinteraksi dalam satu kesatuan.

3. Metode Pembelajaran Ekspositori
Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.
Penggunaan metode ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Metode ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi.

Margono (1989 : 30) mengemukakan bahwa:

Metode ekspositori adalah metode mengajar yang menggunakan penjelasan verbal. Komunikasi bersifat satu arah dan sering dilengkapi dengan alat bantu audio visual, demonstrasi, tanya jawab, diskusi singkat dan sebagainya.

Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (1999:172) mengatakan ”metode ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai- nilai kepada siswa”.
Pada umumnya guru lebih suka menggunakan metode ceramah dikombinasikan dengan metode tanya jawab. Metode ceramah banyak dipilih karena mudah dilaksanakan dengan persiapan yang sederhana, hemat waktu dan tenaga, dengan satu langkah langsung bisa menjangkau semua siswa dan dapat dilakukan cukup di dalam kelas.
Popham & Baker (1992 : 79) menjelaskan bahwa :
Setiap penyajian informasi secara lisan dapat disebut ceramah. Penyajian ceramah yang bersifat formal dan biasanya berlangsung selama 45 menit maupun yang informal yang hanya berlangsung selama 5 menit. Ceramah tidak dapat dikatakan baik atau buruk, tetapi penyampaian ceramah harus dinilai menurut tujuan penggunaannya.


Dari pernyataan-pernyataan diatas maka penulis menyimpulkan Kegiatan guru berbicara pada metode ekspositori hanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja, seperti pada awal pembelajaran, menerangkan materi, memberikan contoh soal. Kegiatan siswa tidak hanya mendengarkan, membuat catatan, atau memperhatikan saja, tetapi mengerjakan soal-soal latihan, mungkin dalam kegiatan ini siswa saling bertanya. Mengerjakan soal latihan bersama dengan temannya, dan seorang siswa diminta mengerjakan di papan tulis. Saat kegiatan siswa mengerjakan latihan, kegiatan guru memeriksa pekerjaan siswa secara individual dan menjelaskan kembali secara individual. Apabila dipandang masih banyak pekerjaan siswa belum sempurna, kegiatan tersebut diikuti penjelasan secara klasikal.
Somantri (2001 : 45) membedakan metode ekspositori dan metode ceramah sebagai berikut:
Perbedaan metode ekspositori dengan metode ceramah Dominasi guru dalam metode ekspositori banyak dikurangi. Guru tidak terus bicara, informasi diberikan pada saat-saat atau bagian-bagian yang diperlukan, seperti di awal pemebelajaran, menjelaskan konsep-konsep dan prinsip baru, pada saat memberikan contoh kasus di lapangan dan sebaginya. Metode ekspositori adalah suatu cara menyampaikan gagasan atau ide dalam memberikan informasi dengan lisan atau tulisan.

Mudjiono (1999:172) mengatakan ”metode ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa”.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
Peranan guru yang penting adalah
1) Menyusun program pembelajaran,
2) Memberi informasi yang benar,
3) Pemberi fasilitas yang baik,
4) Pembimbing siswa dalam perolehan informasi yang benar, dan
5) Penilai prolehan informasi.
Sedangkan peranan siswa adalah:
1) Pencari informasi yang benar,
2) Pemakai media dan sumber yang benar,
3) Menyelesaikan tugas dengan penilaian guru.

Dari pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa metode ekspositosi adalah suatu metode mengajar yang paling efektif dan efisien. Kaena selain mudah dalam pelaksanaan dan penyampaiannya Dalam model pembelajaran yang berpusat pada guru ini hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh guru. Seluruh sistem diarahkan kepada rangkaian kejadian yang rapi dalam lembaga pendidikan, tanpa ada usaha untuk mencari dan menerapkan strategi belajar yang berbeda sesuai dengan tema dan kesulitan belajar setiap individu
B. Kerangka Berfikir
Guru dalam memberikan pelajaran diharapkan hasil belajar yang dicapai oleh siswa adalah baik, tetapi hal ini belum tercapai khususnya pada pengajaran materi konsep trigonometri. hasil belajar masih relatif rendah, siswa mendapatkan nilai trigonometri tinggi masih relatif sedikit. Ini merupakan masalah bagi guru bidang studi matematika banyak faktor penyebabnya. Hal-hal tersebut salah satunya adalah faktor metode mengajar yang kurang tepat dan relevan, sehingga akan mengurangi kejemuan dan kejenuhan dengan demikian proses belajar mengajar akan lancar.
Dengan adanya pemilihan metode yang tepat akan meningkatkan Hasil belajar siswa, misalnya dengan menggunakan metode Collaborative Learning dan Ekspositori, hal ini akan menyebabkan siswa menjadi aktif dalam hal ini guru memberikan rangsangan saja berupa gambaran maupun dorongan atau motivasi dengan kata-kata. Dari rangsangan ini siswa akan berhipotesis yang kemudian dibuktikan sendiri dengan bantuan guru yang terbatas.
Tujuan penggunaan metode Collaborative Learning adalah bahwa metode ini bertujuan untuk terjalinnya kerja sama guru dan siswa dalam proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.
Begitu pula dengan Tujuan dari metode Ekspositori adalah salah satu cara mengajar yang paling efektif dan paling efisien yang dapat menyebabkan siswa belajar dengan mudah dan bermakna bila metode ekspositori ini ditepatgunakan. Guru tidak terus menerus mengajar tetapi pada bagian-bagian tertentu saja yang diperlukan siswa. Guru memberikan contoh berupa soal aplikasi dari konsep, siswa diminta mengerjakan dipapan tulis atau dimejanya, siswa dapat bekerja secara individual atau bekerjasama dengan temannya. Ini dapat menolong siswa yang merasa segan menanyakan kepada gurunya apabila kurang mengerti mengenai suatu persoalan yang diajukan dalam kegiatan belajar tersebut.
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata Hasil belajar siswa terhadap materi trigonometri akibat menggunakan metode Collaborative Learning dan Ekspositori maka penulis melakukan proses belajar mengajar. Untuk ini di bentuk dua kelas yaitu Kelompok I adalah kelompok yang diajarkan dengan menggunakan metode Collaborative Learning dan kelompok II yaitu kelompok yang diajarkan dengan menggunakan metode Ekspositori. Selanjutnya akan dianalisis hasil evaluasi kedua kelas tersebut, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mana yang lebih baik hasil belajarnya. Hasil belajar atau angka yang diperoleh dengan uji statistik. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat dalam diagram kerangka pikir atau mekanisme pemikiran dari kerangka berpikir berikut ini.

Mekanisme Pemikiran dan Kerangka Berpikir.










































C. HIPOTESIS
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka tersebut di atas, maka penulis merumuskan jawaban sementara (Hipotesis) terhadap permasalahan pokok agar dapat digunakan untuk menguji benar atau tidaknya hipotesis tersebut.
a. Hipotesis Umum
Hasil belajar siswa yang belajar dengan menggunakan metode Collaborative Learning lebih tinggi dari hasil belajar dengan menggunakan metode Ekspositori.
b. Hipotesis Kerja
1. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar dalam penguasaan konsep trigonometri yang diajar dengan menggunakan metode Collaborative Learning dan yang diajar dengan menggunakan metode Ekspositori.
2. Rata-rata hasil belajar dalam penguasaan konsep trigonometri yang di capai siswa yang diajar dengan menggunakan metode Collaborative Learning lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar dalam penguasaan konsep trigonometri yang diajar dengan metode Ekspositori
Untuk menguji hipotesis tersebut penulis membuat pasangan hipotesis nihil (Ho¬) dan hipotesis alternatif (H1) sebagai berikut:
1. H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode Collaborative Learning dan yang diajar dengan menggunakan metode Ekspositori. atau H0 : 1 = 2
H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode Collaborative Learning dan yang diajar dengan menggunakan metode Ekspositori. Atau:
H1 : 1 2
Jika dalam pengujian hipotesis ternyata H0 ditolak maka pengujian selanjutnya menggunakan pasangan hipotesis sebagai berikut:
2. H0 : Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode Collaborative Learning lebih kecil atau sama dengan rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Ekspositori. Atau:
H0 : 1 2
H1 : Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode Collaborative Learning lebih tinggi dari rata-rata Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode Ekspositori Atau:
H1 : 1 2

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang akan dilakukan daslam penelitian ini adalah salah satu penelitian yang bersifat kuantitatif, yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Pada penelitian ini jenis penelitian yang akan dilakukan adalah komparatif atau perbandingan, dimana peneliti menggunakan dua metode dalam proses pembelajarannya. Adapun dalam proses pelaksanaanya nanti akan dibagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 2 kelas, dan masing-masing kelas akan menggunakan metode yang berlainan, yaitu untuk kelompok I menggunakan metode collaborative learning dan kelompok II menggunakan metode ekspositori.
Untuk kelompok I yaitu pembelajaran dengan metode collaborative learning dimana materi disampaikan dengan menggunakan metode tersebut, adapun pelaksanaannya guru mengarahkan dan menerangkan secara global materi apa yang akan dibahas yaitu materi trigonometri, kemudian guru membagi kelompok dalam kelas tersebut yang masing-masing kelompok terdiri dari 3 - 4 orang untuk merangkum, mencatat, dan membahas serta memberikan pendapat untuk kelompok tersebut guna menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam sub bab trigonometri khususnya yang sebelumnya telah ditemukan oleh mereka, dan di dalam proses ini guru hanya sebagai penengah dalam berlangsungnya proses tersebut. Guru juga sebelumnya telah mempersiapkan LKS sebagai salah satu alat penunjang belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut. Dan setelah pengajaran selesai atau penyampaian materi telah selesai maka siswa diberikan tugas atau pekerjaan rumah sebagai pelengkap pengajaran yang harus dikerjakan oleh masing-masing siswa.
Untuk kelompok II : Pengajaran dengan menggunakan metode Ekspositori dimana guru menjelaskan materi secara umum, dan khusus dalam peneitian ini peneliti mengambil materi trigonometri sebagai materi ajar dengan cara menjelaskan terlebih dahulu didepan kelas cara menentukan panjang salah satu segitiga yang sisi-sisinya telah diketahui dengan menggunakan rumus phytagoras. Penyajian informasi secara lisan yang dilakukan guru dalam metode ini dapat disebut ceramah. Penyajian ceramah yang bersifat formal dan biasanya berlangsung selama 30 menit, kemudian mengajukan pertanyaan kepada siswa jika ada hal yang tidak dimengerti, kemudian langkah selajutnya guru memberikan contoh soal aplikasi dari konsep yang berkaitan dengan menentukan salah satu panjang sisi dari segitiga siku-siku, yang kemudian dilanjutkan dengan meminta siswa untuk mengerjakan jawaban dari contoh tersebut dipapan tulis atau mejanya dimana soal yang diajukan tersebut dapat dikerjakan dengan cara individu atau kelompok. Dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti mengenai persoalan tersebut dan kegiatan yang terakhir adalah siswa mencatat materi pelajaran yang telah diberikan dan dilengkapi dengan pekerjaan rumah.
Kemudian setelah akhir pokok bahasan untuk kedua kelompok diadakan tes formatif dan diambil rata-ratanya kemudian diambil sebagai ukuran prestasi siswa dalam penguasaan konsep trigonometri kelas XI semester ganjil. Jumlah soal serta bentuk dari tes formatif untuk kelompok I dan II adalah sama, yang telah dipertimbangkan tingkat kesukarannya untuk tiap item. Bentuk soal yang digunakan pada tes formatif adalah bentuk essay dan bentuk pilihan ganda, yang terdiri dari 20 pilihan ganda dan 5 essay. Untuk mendapat data primer yang bersifat kuantitatif yang nantinya akan digunakan dalam pengujian hipotesis adalah merupakan harga rata-rata dari nilai yang diperoleh dari tes formatif.
Rencana dalam penelitian ini adalah :
1. Persiapan
Mengadakan survey kesekolah yang dijadikan obyek penelitian untuk menentukan kesulitan siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Setelah menentukan adanya kesulitan dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar maka peneliti merancang proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran collaborative learning dan ekspositori sebagai obat dari masalah tersebut.
2. Pembelajaran
Pada pembelajaran peneliti menyiapkan perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), LKS buatan guru, soal test, materi yang akan disampaikan, alat mengajar, lembar observasi siswa dan guru, dan lembar catatan lapangan.
B. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK SMK Budi Utomo 2 Way Jepara, Alamat: Jalan Pisang 163 Braja Sakti Way Jepara Lampung Timur 34196. Telp (0725) 640158., dan teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik random sampling dan teknik pengambilan hasilnya menggunakan Tes, yaitu siswa kelas XI Mo 1 dan XI Mo 2 Semester Ganjil Tahun Ajaran 2009-2010 dengan jumlah siswa sebanyak 45 siswa yang memiliki tingkat kemampuan yang bervariasi.
C. Definisi Operasional
1. Kelompok Variabel Penelitian
Di dalam penelitian ilmiah variabel penelitian perlu dikelompokkan /diklasifikasikan sesuai dengan jenis data dan fungsinya masing-masing. Hal ini ditegaskan oleh Sumadi Suryabrata (1990: 80) sebagai berikut” bahwa Klasifikasi ini sangat penting artinya untuk penentuan alat pengambilan data apa yang akan dipergunakan dan metode yang cocok atau sesuai untuk diterapkan”.
Guna menentukan langkah selanjutnya dapatlah penulis kelompokan variabel penelitian ini sebagai berikut:
a. Variabel Bebas yaitu penggunaan metode Collaborative Learning dan metode Ekspositori pada materi trigonometri kelas XI semester ganjil SMK Budi Utomo II Way Jepara Tahun Pelajaran 2009-2010
b. Variabel Terikat yaitu prestasi siswa dalam penguasaan konsep trigonometri kelas XI semester ganjil SMK Budi Utomo II Way Jepara Tahun Pelajaran 2009-2010
2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
a. Metode Collaborative Learning adalah proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Collaborative Learning adalah kerjasama yang dikembangkan guru dengan siswanya tidak sebatas dalam menyelesaikan berbagai persoalan dalam bahan ajar, tapi juga dalam menentukan pokok bahasan, strategi, dan alat.
b. Metode Ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.

D. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian.
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah nilai matematika kelas XI dari seluruh siswa kelas XI semester ganjil SMK Budi Utomo II Way Jepara Tahun Pelajaran 2009-2010.
2. Sampel Penelitian
Mengingat yang akan diambil sebagai sampel terdiri dari dua kelas, maka penentuan sampel dengan cara di undi ternyata terpilih sebagai sample adalah kelas yang terdiri dari kelas XIa dan Kelas XIb. Kemudian kelas tersebut dibedakan menjadi dua kelompok dengan cara ditentukan yaitu terdiri dari kelompok I dan kelompok II.
3. Jenis dan Sumber Data
data parametrik, yaitu data terukur dan tes-tes statistiknya berasumsi bahwa data tersebut memiliki distribusi normal atau mendekati normal.(Sanapiah, 1990).
E. Analisis Data
1. Pengukuran Pemantapan Alat Pengumpul Data
Untuk memperoleh data yang benar perlu adanya suatu kemantapan dari alat ukur yang digunakan. Sebelum tes diberikan ke siswa perlu diujicobakan terlebih dahulu untuk melihat validitas dan reliabilitas alat ukur yang terdiri dari 5 soal.
a. Reabilitas
Reabilitas artinya mempunyai unsur-unsur keajegan atau konstan walaupun diujikan terus menerus tidak akan menunjukkan perubahan yang berarti. Jadi reabilitas adalah menyangkut soal ketepatan alat ukur. Untuk reabilitas penulis menggunakan teknik metode tes ulang (tes I dan tes II) yaitu tes yang sama diberikan sampai dua kali pada sejumlah subyek didik yang sama pada waktu yang berbeda korelasikan skor tes pertama dengan skor tes kedua dengan rumus korelasi Product Momen Person, koefisien korelasi yang dihasilkan dalam menentukan indek stabilitas. Syarat dalam teknik ini adalah jumlah item harus genap dan harus homogen atau paling tidak setelah dibelah terdapat keseimbangan antara belahan pertama dengan belahan kedua
Adapun untuk mencari korerlasi guna memperoleh tingkat reliabilitas item tes tersebut, yaitu korelasi antara kelompok test I dengan kolompok test II, penulis menggunakan rumus korelasi sebagai berikut:
Rumus :
rxy =
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara variabel x dan y dimana x = X – X dan
y = Y – Y
xy : Perkalian x dan y
Dan untuk mencari reliabilitas seluruh tes dipergunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut:

Dimana:
Rn = Koefisien korelasi seluruh tes
N = Perbandingan antara panjang tes seluruhnya dengan panjang tes yang dikorelasikan.
Rxy = Koefisien korelasi antara belahan tes dengan belahan tes yang lainnya.

b. Validitas
Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu test atau instrument pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan ukurnya atau memberikan hasil ukur benar, dan yang menghasilkan data yang tidak respon dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai test yang memiliki validitas rendah.
Pelaksanaan uji validitas instrument alat pengumpul data dilakukan dengan uji coba alat pengumpul data, uji coba item untuk mengetahui diluar sample penelitian yeng telah ditentukan. Dalam pelaksanaan uji coba item untuk mengetahui tingkat validitas digunakan validitas isi. Validitas isi adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrument dapat mencerminkan suatu isi yang dikehendaki secara teoritis, sehingga dapat dibuat kerangka atau kisi-kisi yang merupakan isi dari kajian.
.
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data di dalam penelitian ini, sehubungan dengan kebutuhan akan data dan teori yang diperlukan dalam penelitian, maka penulis melakukan tehnik pengumpulan data sebagai berikut :
Metode Tes yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian mengenai hasil belajar siswa yang menggunakan metode collaborative learning dan metode ekspositori untuk siswa SMK kelas XI semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010. alasan penenliti memilih metode collaborative learning dan ekspositori adalah untuk membandingkan antara kedua metode tersebut mana yang lebih baik diterapkan untuk pembelajaran matematika khususnya pada pokok materi trigonometri.
Adapun teknik pensekorannya nanti menggunakan kisi-kisi soal yang telah disesuaikan tingkat kesukaran pada tiap item soalnya. dimana soal tes terdiri dari bentuk soal pilihan ganda.
Untuk pilihan ganda dengan jumlah 25 soal dan tiap soal yang dijawab jika semua benar adalah 4, dan untuk apabila benar semua adalah 100. sehingga total penskoran keseluruhan adalah 100.

G. Rencana Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer sedangkan data yang diolah adalah hasil tes formatif. Hasil dari nilai tersebut dianggap sebagai hasil belajar siswa dalam penguasaan materi konsep trigonometri.
Karena pada pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus Ttes maka populasinya harus berdistribusi normal, yang diketahui dengan cara pengujan-pengujian normalitas data dan untuk menguji kesamaan dan perbedaan dua rata-rata dari populasi yang berdistribusi normal, maka perlu dilakukan pengujian kesamaan dua varian antara kedua sampel agar pengujian hipotesis-hipotesis dapat berlangsung.
A. Uji Normalitas
Adapun cara menguji normalitas data dan kesamaan dua varians adalah sebagai berikut:
1. Tehnik Pengujian Normalitas Data
a) Perumusan Hipotesis
H0 : Distribusi Populasi mengikuti distribusi normal.
H1 : Distribusi Populasi tidak mengikuti distribusi normal.
b) Rumus statistik yang digunakan:

Untuk mencari Oi(frekuensi pengamatan) dan Ei (frekuensi yang diharapkan) menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membuat tabel distribusi frekuensi dengan langkah:
1). Menentukan Rentang
2). Menentukan banyaknya kelas
3). Menentukan panjang interval (P) =
Nilai / Skor f

Jumlah

b. Membuat daftar distribusi frekuensi harapan (Ei) dan Oi (frekuensi yang pengamatan)
Kerangka Tabel
Frekuensi yag diharapkan dan frekuensi pengamatan.
Batas Kelas
(X) Z = untuk batas kelas Luas Tiap kelas Interval (L) Frekunsi. Diharapkan
(Ei) Frekunsi Pengamatan
(Oi)



c) Kriteria Uji:
Tolak H0 jika : dimana : diperoleh dari daftar H.
Keterangan:
: Taraf signifikasi
k : Banyak kelas interval.
Jika ternyata sampel berasal dari distribuasi normal, maka selanjutnya uji kesamaan dua varians ( uji homogenitas) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Rumusan Hipotesis:
H0 = (Kedua populasi memiliki varians yang sama)
H0 = (kedua populasi tidak memiliki varians yang sama)
2. Rumus statistik yang digunakan

3. Kriteria Uji :
Tolak H0 jika :
Dimana didapat dari daftar I
diambil 10% dan 2%


b. Uji Hipotesis
Uji sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan pengujian hipotesis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tes kesamaan dua rata-rata (Tes dua pihak)
a. Rumusan Hipotesis
H0 :
H1 :
b. Rumus statistik yang digunakan, ada beberapa kemungkinan:
1) Jika = = dan diketahui statistik yang digunakan adalah:
kriteria uji terima H0 jika:

2) Jika = = dan tidak diketahui statistik yang digunakan adalah:
dimana:
Kriteria Uji, terima H0 jika
Dengan dk = n1 + n2 - 2
3) Jika kedua populasi tidak homogen atau , dan keduanya tidak diketahui statistik yang digunakan adalah:

Kriteria uji, terima H0 jika:
dimana:
,


2. Tes perbedaan dua rata-rata
a. Rumusan Hipotesis
H0 :
H1 :
b. Rumus statistik yang digunakan, ada beberapa kemungkinan:
1) 1. Jika = = dan tidak diketahui statistik yang digunakan adalah:
dimana:
Kriteria Uji, terima H0 jika dengan dk = n1 + n2 -2
2). Jika kedua populasi tidak homogen atau , dan keduanya tidak diketahui statistik yang digunakan adalah:

Kriteria uji, tolak H0 jika :
Dimana:
,

Keterangan:
Rata-rata data sampel I
Rata-rata data sampel II
n1 = Jumlah siswa sampel I
n2 = Jumlah sampel II
S1 = Standar deviasi data sampel I
S2 = Standar deviasi data sampel II
Sg = Standar deviasi gabungan

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Keadaan SMK Budi Utomo 2 Way Jepara
1. Sejarah Berdirinya SMK Budi Utomo 2 Way Jepara
SMK Budi Utomo 2 Way Jepara berdiri pada tanggal 5 Februari 1991 berdasarkan Surat Keputusan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Lampung No. 1206/I.12.01/U/1991 dengan status TERAKREDITASI B. SMK Budi Utomo 2 Way Jepara beralamatkan di Jalan Pisang 163 Braja Sakti Way Jepara Lampung Timur, Lampung. Berlokasi di atas lahan seluas 20.000 m2 dengan luas bangunan 4.000 m2 dan status kepemilikan Yayasan Pendidikan Budi Utomo ini dipimpin oleh Bapak Hi. MSA. Soemarno.
A. Identitas Sekolah

1. Nama Sekolah : SMK Budi Utomo 2
2. NSS : 324120211014
3. NDS : 4212030022
4. Status Sekolah : Swasta
5. Nomor SK : 1206/I.12.01/U/1991
6. Tanggal SK : 5 Februari 1991
7. Lembaga SK : Departemen Pendidikan
8. PMB( pagi/siang/malam) : Pagi
9. Bidang keahlian : Teknik Mesin
10. Program Keahlian : 1. Teknik Pemesinan
2. Teknik Mekanik Otomotif
11. Luas Lahan : 20.000 m2
Luas trebangun : 4.000 m2
12. Sertifikat : Milik Sendiri
13. Akreditasi
Jenjang : Terakreditasi Type B
Tanggal SK : 11 Agustus 2005
Lembaga Penerbit : Badan Akreditasi Sekolah Propinsi Lampung
Nomor SK terakhir : 05/BAS PROP/LAMP/2005

14. Alamat
Jalan : Pisang Nomor 163
Desa/ Kelurahan : Braja Sakti
Kecamatan : Way Jepara
Kabupaten : Lampung Timur
Provinsi : Lampung
Kode Pos : 34196
Tlpon yang dapat dihubungi : (0725) 640158

B. Data Kepala Sekolah
Nama : Catur Asmawati, SE
NIP : -
Nomor SK : 002/YPBU/VII/WJ/2009 Tanggal 1 juli 2009
Lembaga yang mengeluarkan : Yayasan Pendidikan Budi Utomo
Alamat Rumah : Braja Sakti V. Kec. Way Jepara LampungTimur

C. Data Yayasan
Nama Yayasan : Yayasan Pendidikan Budi Utomo
Nama Ketua Yayasan : Hi. MSA. Soemarno
Alamat Yayasan : Jl. Radin Intan Braja sakti IV ( Catur Sakti)
Braja Sakti Way Jepara Kab.Lampung Timur
D. Data Tenaga Pengajar
No Guru Jenjang Pendidikan Guru yang pernah ditatar Usia
>S1 S1 D3/D4 1 Normatif 7 1 11 11
2 Adaptif 11 1 19 1 20
3 Produktif 7 2 13 3 16


E. Data Tenaga Administrasi
No Jenjang Pendidikan Tenaga yg pernah ditatar USia
>S1 S1 D3/D4 1 4 4 2 4 4

F. Visi, Misi dan Tujuan SMK Budi Utomo 2 Way Jepara
1. Visi SMK Budi Utomo 2 Way Jepara
Menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan tenaga menengah yang terampil, profesional berwawasan Iptek, berkualitas nasional, regional dan global.
2. Misi SMK Budi Utomo 2 Way Jepara
a. Mendidik siswa menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang terampil, profesional sesuai dengan bidang keahlian, mandiri dan mampu mengembangkan diri seiring dengan perkembangan IPTEK.
b. Mengisi kebutuhan tenaga kerja ditingkat nasional dan iternasional.
c. Menyelenggarakan pelatihan sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal, nasional dan iternasional
d. Mengembangkan pembelajaran dengan sistem fleksibel dan ferniabel.
e. Menyelenggarakan short course, layanan jasa, dan produk bagi pengembangan ekonomi masyarakat.
f. Memberdayakan SMK dalam rangka mewujudkan layanan prima bagi masyarakat danmengembangkan iklim belajar dan berwawasan budaya.
g. Mewujudkan pendidikan dan pelatihan lanjutan (politeknik) dengan sistem multy entry multy exit.
h. Menghasilkan tamatan untuk bisa mandiri serta memiliki kecakapan hidup.
i. Mempersiapkan tenaga terampil tingkat menengah yang produtif, mandiri, profesional dibidangnya yang memiliki ketaqwaan, kejujuran dan tanggung jawab serta ethos kerja melalui konsulidasi manajemen, pembinaan lingkungan,pembinaan ketenagaan,pengembangan pembelajaran, pembinaan kesiswaan optimalisasi sumber daya dankerjasama industri dalam rangka mengikuti perkembangan iptek dan kondisi Daerah Lampung Timur serta peningkatan citra SMK Budi Utomo 2 di masyarakat.


1. Keadaan Gedung /Bangunan dan Guru serta Karyawan SMK Budi Utomo 2 Way Jepara.
Tabe 2.Keadaan gedung SMK Budi Utomo 2 Way Jepara tahun 2009/2010

No Kualifikasi/ Pendidikan Kondisi Keterangan
Jumlah Luas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15. Ruang teori/ Kelas
Ruang Perpustakaan
Ruang UKS
Ruang Praktik Komputer
Ruang Praktik Bengkel
Ruang BP/ BK
Ruang Kep Sek
Ruang Guru
Ruang TU
Ruang OSIS
Ruang Ibadah
Gudang Olahraga
Ruang Parkir
WC Guru
WC Siswa 12
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
6 8 x 8 m
6 x 8 m
2 x 2 m
8 x 8 m
8 x 8 m
3x 3 m
3 x 3 m
8 x 8 m
8 x 6 m
3 x 3 m
7 x 9 m
2 x 8 m
3 x 18 m
2 x 4 m
2 x 4 m Baik
Rusak
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik


Tabel. 3: Daftar keadaan Guru dan Karyawan SMK Budi Utomo 2 Way Jepara tahun 2009/2010

No Nama Jenis Kelamin Jabatan Pendidikan
1 Catur Asmawati, SE P Kepala Sekolah Sarjana
2 Syaiful Khazani S. Pdi L Guru Agama Islam Sarjana
3 Drs. Nurdin Sanjaya L Guru Agama Islam Sarjana
4 Akh Tubroni S.Ag L Guru Agama Islam Sarjana
5 Yetti ramaita S.Pd P Guru Bhs Indonesia Sarjana
6 Tutik Sumarni S.Pd P Guru Bhs Indonesia Sarjana
7 Jubaidi HM L Guru Penjaskes D1
8 Masyuri S.Pd L Guru Penjaskes Sarjana
9 Tumiran S.Pd L Guru Penjaskes Sarjana
10 Fauzi SH L Guru PKN sarjana
11 Sugiyono SH L Guru PKN Sarjana
12 Drs. Munzir L Guru PKN Sarjana
13 Eka Triana Gani ST P Guru Seni Budaya Sarjana
14 Paimin Riyadin S.Pd. L Guru Bhs Inggris Sarjana
15 Didik Wintoko, S.Pd L Guru Bhs Inggris sarjana
16 Iwan Salwani S. Pd L Guru Bhs Inggris Sarjana
17 Sunandar L Guru Matematika SMA
18 Drs. Widodo L Guru Matematika Sarjana
19 Malasari S.Pd P Guru Matematika Sarjana
20 I Nengah W S.Pd L Guru Matematika Sarjana
21 Drs Eko Hendartono P Guru Matematika Sarjana
22 Mustakim,S.Pd P Guru Fisika Sarjana
23 Suliman SP L Guru Fisika Sarjana
24 Sri Wulan. P Guru Kimia SMA
25 Nurparyanto L Guru Kimia STM
26 Reni Handayani SE P Guru KKPI Sarjana
27 Masyuri,S,Pd L Guru KKPI Sarjana
28 Fauzi AMP L Guru KKPI D1
29 Johanes Syah L Guru KWU Sarjana
30 Redi Eko Hermawan,SE L Guru KWU Sarjana
31 Widi Astuti P Guru KWU Sarjana
32 Nurparyanto L Guru IPA Sarjana
33 Ibnu Yahya L Guru KWU Sarjana
36 Nurparyanto L Guru KKPI D1
37 Edi Susilo, S.Pd L Guru PMO 5 Sarjana
38 Heri Kustoyo, S.Pd L Guru PMO 13 Sarjana
39 Hendri Prastowo L Guru PMO12 SMK
40 Guntoro L Guru PMO 10 SMK
41 Dene Sumiyadi S.Pd L Guru PMO 7,PMO 18 Sarjana
42 Sugiran ST L Guru PMO 1,PMO 2 Sarjana
43 Supendi, A.Md L Guru PMO11,PMO18 D3
44 Suyitno, S.Pd L Guru PMO 9 Sarjana
45 Nurparyanto L Guru PMO 4 SMK
46 Irwan KA. ST L Guru PMO 19 Sarjana
47 Rudi Ida Yusiana, S.Pd L Guru PTP 4 Sarjana
48 Yanto ST L Guru PTP 17 Sarjana
49 Zaelani. S.Pd L Guru PTP 20, 21, 22 Sarjana
50 Paulus,S.Pd L Guru PTP 15 Sarjana
51 Yeni Isnawati P Tata Usaha SMA
52 Zubaidi HM L Tata Usaha SMA

Sumber : Hasil Dokumentasi SMK Budi Utomo 2 Way Jepara pada tanggal 2009
.

3. Keadaan Siswa SMK Budi Utomo 2 Way Jepara Tahun Pelajaran 2008-2009.
Jumlah siswa SMK Budi Utomo 2 Way Jepara Tahun Pelajaran 2008/2009 berjumlah 946 orang dengan perincian siswa kelas X berjumlah 187 orang, siswa kelas XI berjumlah 220 orang dan siswa kelas XII berjumlah 126 orang, semua dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4: Daftar Jumlah dan Keadaan siswa SMK Budi Utomo 2 Way Jepara

1. Jumlah Siswa Tahun 2005/2006
Program Keahlian Tingkat Jml
Kelas Jml Siswa yg ada Siswa mengulang Putus Sekolah/pindah
Teknik Pemesinan I 2 72 18
II 2 75
III 2 59
Teknik Mekanik Otomotif I 2 94 11
II 2 96
III 2 103
Jumlah 12 449 29


2. Jumlah Siswa Tahun 2006/2007
Program Keahlian Tingkat Jml Kelas Jml Siswa yg ada Siswa mengulang Putus Sekolah/pindah
Teknik Pemesinan I 2 73
II 2 63
III 2 67
Teknik Mekanik Otomotif I 2 102
II 2 107
III 2 86
Jumlah 12 498


3. Jumlah Siswa Tahun 2007/2008
Program Keahlian Tingkat Jml Kelas Jml Siswa yg ada Siswa mengulang Putus Sekolah/pindah
Teknik Pemesinan I 3 141
II 2 63
III 2 62
Teknik Mekanik Otomotif I 3 144
II 2 87
III 2 105
Jumlah 14 602


4. Jumlah Siswa Tahun 2008/2009
Program Keahlian Tingkat Jml Kelas Jml Siswa yg ada Siswa mengulang Putus Sekolah/pindah
Teknik Pemesinan I 83 85
II 2 101
III 1 56
Teknik Mekanik Otomotif I 3 106
II 2 103
III 1 68
Jumlah 12 519

Sumber : Hasil Dokumentasi SMK Budi Utomo 2 Way Jepara tahun 2009



4. Struktur organisasi SMK Budi Utomo 2 Way Jepara Tahun Pelajaran 2008/2009
Bagan 2
Struktur organisasi SMK Budi Utomo 2 Way Jepara Tahun Pelajaran 2008/2009





















Sumber : Hasil Dokumentasi SMK Budi Utomo 2 Way Jepara 2009
5. Denah Lokasi SMK Budi Utomo 2 Way Jepara Tahun Pelajaran 2008/2009






















B. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan
Dalam persiapan ini kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Meminta izin penelitian kepada Dekan FKIP UM Metro untuk ditujukan kepada kepala sekolah SMK Budi Utomo 2 Way Jepara
b. Menghubungi dan memohon Kepala sekolah untuk memberi izin sehubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan.
c. Menemui guru bidang studi matematika SMK Budi Utomo 2 Way Jepara yang mengajar di kelas XI Mo1 dan XI Mo2 untuk memberitahukan bahwa kelas XI akan digunakan untuk penelitian.
d. Mengadakan survey di kelas yang akan digunakan sebagai sample penelitian
e. Membuat satuan pelajaran dan alat pelajaran yang akan digunakan mengajar pada pokok bahasan trigonometri.
f. Mneghubungi guru bidang studi matematika SMK Budi Utomo 2 Way Jepara kelas XI Mo1 dan Mo2 untuk izin mengadakan uji coba atau try out.

2. Pelaksanaan Penelitian
a. Kegiatan Belajar Mengajar
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Budi Utomo 2 Way Jepara pada kelas XI yang terdiri dari 4 kelas. Sebagai sample dari penelitian ini adalah kelas XI Mo1 diajar dengan metode Ekspositori dan kelas XI Mo2 dengan menggunakan metode Collaborative Learning. Jumlah siswa keseluruhan yang menjadi objek penelitian adalah 88 orang, yang terdiri dari 45 orang kelas XI Mo1 dan 43 Orang kelas XI Mo2.
Untuk mengetahui gambaran tentang kegiatan dalam penelitian ini, penulis memberikan contoh kegiatan belajar mengajar yang dilakukan sebagai berikut:
1). Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas XI Mo1
Kegiatan belajar mengajar dikelas XI MO1 yaitu yang diberi pengajaran dengan metode ekspositori dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Pelajaran dimulai setelah suasana menjadi tenang.
b. Guru memberikan diskprisi singkat serta mengabsen Siswa.
c. Guru menyampaiakan materi pelajaran matematika untuk pokok bahasan trigonometri dengan menggunakan metode ceramah.
d. Kemudian diadakan Tanya jawab dan diskusi kecil tentang hal yang kurang dimengerti siswa dalam pokok bahasan trigonometri, yang dilanjutkan memberikan contoh soal kepada siswa pada pokok bahasan trigonometri.
e. Guru memberikan latihan soal dan kemudian dikerjakan oleh siswa.
f. Kegiatan terakhir siswa diberi pekerjaan rumah (PR).
2). Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas XI Mo2
Kegiatan belajar mengajar dikelas XI MO2 yaitu yang diberi pengajaran dengan metode Collaborative Learning dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Pelajaran dimulai setelah suasana menjadi tenang.
b. Guru memberikan diskprisi singkat serta mengabsen Siswa.
c. Guru Menjelaskan pengertian perbandingan trigonometri suatu sudut segitiga siku-siku dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
d. Memberikan contoh soal tentang mencari panjang sisi dari segitiga yang salah satu sisinya tidak diketahui panjangnya dan kemudian memberikan contoh tersebut yang diselesaikan dengan Diskusi Kelompok (Berkolaborasi) Dimana kolaborasi tersebut terbagi masing-masing kelompok yang beranggotakan 4 – 5 orang
e. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
f. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
g. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya kelompok dan individu.
h. Guru Menyimpulkan pelajaran pada topic yang telah dibahas bersama siswa.
i. Memberikan tugas rumah kepada siswa.

b. Pelaksanaan Test
1) Try Out
Sebelum penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu mengadakan tes awal kepada 20 orang siswa kelas XI TP1 SMK Budi Utomo 2 Way Jepara sebanyak 2 (dua) kali. Adapun pelaksana tes uji reabilitas yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:
a. Menggolongkan jumlah nilai yang menjawab benar terhadap item tes bernomor ganjil (x) dengan jumlah nilai yang menjawab benar bernomor (y) yang dilakukan 2 (dua) kali.
b. Mencari rata-rata dari dua kali uji coba soal tersebut.
c. Jumlah nilai dua kali uji coba dikorelsikan dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Angka-angka dari dua kali coba item tes terdapat pada tabel berikut:















Tabel 5: Daftar test untuk menguji reabilitas soal test bidang studi matematika pada semester ganjil kelas XI SMK Budi Utomo 2 Way Jepara tahun pelajaran 2008/2009.


No x y x^2 y^2 xy
1 11 15 121 225 165
2 12 12 144 144 144
3 11 14 121 196 154
4 13 10 169 100 130
5 15 12 225 144 180
6 12 11 144 121 132
7 14 15 196 225 210
8 11 12 121 144 132
9 15 14 225 196 210
10 10 13 100 169 130
11 14 11 196 121 154
12 12 10 144 100 120
13 14 16 196 256 224
14 11 12 121 144 132
15 14 11 196 121 154
16 12 10 144 100 120
17 13 13 169 169 169
18 11 10 121 100 110
19 10 12 100 144 120
20 10 14 100 196 140
Jumlah 3053 3115 3004




Perhitungan selanjutnya adalah:
X = 122,5 dan Y = 123,6
5053
3115
3004

=
=
= 0,97
Dari perhitungan rxy = 0,97 berarti uji coba tes tersebut mempunyai korelasi yang sangat tinggi.
Langkah selanjutnya adalah mencari koefisien reabilitas dengan menggunakan rumus:

=
=
= 0,98
Dari perhitungan diatas rn = 0,98 ternyata alat ukur yang digunakan memenuhi reliabilitas yang mempunyai keabsahan yang sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan cukup valid dan reliable, sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini.

2) Pelaksanaan Data Hasil Belajar
Setelah penulis mengadakan uji coba terhadap alat tes tersebut ternyata diperoleh validitas sedang, artinya dapat mengukur apa yang hendak diukur dan mempunyai keabsahan yang cukup atau sedang (cukup reliable).
Setelah mengetahui kualitas alat ukur, maka setelah diadakan proses belajar mengajar maka dilaksanakan tes yang akan diberikan kepada kelas XI Mo1 dengan menggunakan metode ekspositori dan XI Mo2 dengan menggunakan metode collaborative learning SMK Budi Utomo 2 tahun pelajaran 2008/2009 dengan jadwal yang elah ditetapkan.

2). Data Hasil Belajar
Setelah penulis mengadakan tes hasil belajar di kelas XI M02 yang diajar dengan menggunakan metode collaborative learning dan kelas XI M01 yang diajar dengan menggunkan metode ekspositori pada pokok bahasan trigonometri semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 6: Skor hasil belajar kelas XI MO1 yang diajar dengan menggunakan metode Ekspositori.

No Nama Siswa Skor No Nama Siswa Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20 Aan Eka Prasetya
Afan Zundana
Agung Yudistira
Agus Suseno
Ahmad Doraeni
Ahmad Kusamudin
Anwar Adi Saputra
Ari Setiawan
David Prasetyo
Dedi Haryanto
Devri Ari Sandi
Eka Wahyudi
Ervan Sujatmiko
Fathur Rahman
Habib Fahmi
Heriyanto
Ihsan Surgawi
Imam Mustajab
Irfan Setiawan
Ishak 4,5
5,5
7,0
6,0
7,0
6,5
5,0
5,5
5,0
4,5
5,5
6,0
5,0
5,5
4,5
6,0
4,0
5,5
6,0
4,5 21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Lukman Hakim
M.Yoga Pratama
Miftahul Munir
Muhammad Ihwanuri
Mujiyanto
Mustofa
Nurtriandi
Riki Saputra
Riyanto
Rohman Misyadi
Rudi Andriyanto
Rudiyanto
Sulistiono
Suheli
Sumaji
Teguh Sanjaya
Wahedi
Wahyu Santoso
Yohanes Marsigit
Yohan Afrizal
5,5
4,5
5,0
4,5
3,5
5,0
4,5
6,0
4,0
5,0
4,5
6,0
5,0
5,5
3,5
6,0
5,0
5,5
4,5
4,0











Tabel 7: Skor hasil belajar kelas XI M02 yang diajar dengan menggunakan metode Collaborative Learning.

No Nama Siswa Skor No Nama Siswa Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20 Aditya Noor Kalim
Ahmad Kusaini
Ali Hikmah
Andri Nopriyanto
Anton Haryono
Arif Nurrohman
Bambang
Budiono
Dedi Setiabudi
Deni Kurniawan
Dwi Yoko S
Edi Siswanto
Edi Setiawan
Eko Hadi Saputro
Evan Eveli
Hadi Vawaid
Herio Budi S
Ilham Sampurno
Imam Nuddin
Jamali 7,5
6,5
5,0
6,0
8,0
5,0
6,0
7,0
6,5
6,5
5,5
4,5
7,0
7,5
4,5
7,0
6,5
7,0
5,0
7,6 21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Joko Hardiantoro
Joni Paryanto
Lisno Irawan
Masaril Kirom
M.Mahrusin
M. Syahrudin
Munazi
Nanang Abu fauzi
Nur Arifin
Nurul Cahyo
Pudi Ariyanto
Rendi Imam Santoso
Rudi Purnomo
Suhendra
Subandi
Suyitno
Teguh Susanto
Ujang Tardi
Wayan Veriawan
Yudi Hermawan 5,5
5,0
6,0
6,0
5,0
7,0
5,5
6,0
5,0
7,0
4,5
6,5
4,0
7,0
5,5
6,5
4,5
6,0
5,5
6,0











C. Analisis Data
Untuk mempermudah dalam perhitungan atau analisis data, maka dapat ditentukan kelas XI Mo1 dinyatakan dalam X1 yaitu proses belajar dilakukan dengan menggunakan metode Ekspositori dan kelas XI Mo2 dinyatakan dengan X2 yaitu proses belajar yang diajar dengan menggunakan metode Collaborative learning.
1. Uji Normalitas data
a. Uji normalitas data skor siswa yang diakar dengan menggunakan Ekspositori
Rumusan hipotesis:
Ho : Sampel diampil dari populasi yang berdistribusi normal.
Hi : Sampel diambil dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
Rumus statistic yang digunakan adalah:

Kriteria Uji:
Tolak Ho jika :
Perhitungan:
Banyaknya data (n1) = 40
Rentang (R) ` = Data Terbesar – Data Terkecil
= 7, 0 – 3, 5
= 3, 5

Banyaknya Kelas interval (K)
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 40
= 1 + 3,3 (1,602)
= 1 + 5,3
= 6,3
Dibulatkan menjadi 6
Panjang Kelas interval (P)
P =
=
= 0, 58
Dibulatkan menjadi 0,6
Tabel 8 : Daftar distribusi frekuensi hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode Ekspositori.

Skor fi xi xi2 fi.xi fi.xi2
3,5 – 4, 0
4,1 – 4,6
4,6 – 5,2
5,3 – 5,8
5, 9 – 6,4
6,5 – 7, 0 5
9
8
8
7
3 3,75
4,35
4,95
5,55
6,15
6,75 14,06
18,92
24,50
30,80
37,82
45,56 18,75
39,15
39,06
44,04
43,05
20,25 70,3
170,28
196
146,4
146,74
136,68
Jumlah 40 204,76 1084,4

Nilai rata-rata (x) =
=
= 5,1 ( Pembulatan)
S12 =
=
=
=
S12 = 0,96 (pembulatan)
Selanjutnya menyusun distribusi frekuensi yang diharapkan dan frekuensi pengamatan. Penulis lebih dulu menentukan:
a. Batas bawah kelas (X) didapat dengan cara mengurangkan 0,05 dari ujung bawah kelas interval.
b. Menghitung Z untuk batas kelas dengan rumus :
Z =
c. Menghitung luas diap kelas interval dengan cara melihat nilai Z pada daftar F (Terlampir)
d. Frekuensi harapan (Ei) adalah hasil kali luas kelas interval dengan banyaknya data
e. Frekuensi Pengamatan (Ci) yaitu sama dengan frekuensi pada daftar dimuka.
Tabel 9: Daftar frekuensi pengamatan dan frekuensi yang diharapkan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode Ekspositori.

X Z L Ei Oi
3,45
4,05
4,65
5,25
5,85
6,45
7,05 -1,71
-1,09
-0,47
-0,78
-0,78
-1,41
-2,03
0,0943

0,1813

0,2444

0,2187

0,1384

0,0581
3,772
7,252

9,776
8,748

5,536

2,324
5

9

8

8

7


3



= 0,3998 + 0,4213 + 0,3226 + 0,0629 + 0,3872 + 0, 1966
= 1,7914
Sedangkan =

Pada taraf dignifikasi 5% ( ) diperoleh:
=
= X2 (0,95) (3)
= 7,81
Dengan demikian: untuk ( ) diperoleh:
=
= X2 (0,99) (3)
= 11,3
Dengan demikian: untuk ( ).
Dari perhitungan diatas, baik pada taraf signifikasi 5% maupun 1% menunjukkan , berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji normalitas data skor siswa yang diajar dengan metode Collaborative Learning
Ho : Sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal
Hi : Sampel diambil dari populasi yag berdistribusi tidak normal
Rumus statistic yang digunakan:

Kriteria Uji
Tolak Ho jika :
Perhitungan:
Banyaknya data (n2) = 40
Rentang ( R) = Data terbesar – data terkecil
= 8,0 – 4,0
= 4, 0

Banyaknya kelas interval (k):
(K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 40
= 1 + 3,3 ( 1,602)
= 1 + 5,3
= 6,3
= 6 (pembulatan)
Panjang kelas interval ( P):
( P) =
=
= 0,666
= 0,7 (pembulatan)
Tabel 10 : Daftar distribusi frekuensi hasil belajar siswa yang diajar dengan metode Collaborative Learning

Skor fi xi xi2 fi . xi fi . xi2
4,0 – 4,6
4, 7 – 5,3
5,4 – 6,0
6,1 – 6,7
6,7 – 7,4
7,5 – 8,1 5
7
10
7
8
3 4,3
5,0
5,7
6,4
7,1
7,8 18,49
25,00
32,49
40,96
50,41
60,84 21,5
35,0
57,0
44,8
56,8
23,4 92,45
175
324,9
286,72
403,28
102, 52
Jumlah 40 238,5 1464, 87


Nilai rata-rata (x) =
=
= 5,96
= 6,0 (pembulatan)

=
=

= 1,09779

= 1, 0 47 = 1,1 (pembulatan)
Selanjutnya menyusun distribusi frekuensi yang diharapkan dan frekuensi pengamatan.

Tabel 11 : Daftar frekuensi pengamatan dan frekuensi yang diharapkan hasil belajar siswa yang diajar dnegan menggunakan metode CollaborativeLearning.

X Z L Ei Oi
3,95
4,65
5,35
6,05
6,75
745
8,15 -1,86
-1,23
-0,59
0,05
0,68
1,32
1,96
0,0779

0,163

0,2423

0,2319

0,1548

0,0684
3,116
6,732

9,692
9,276

6,192

2,736
5

7

10

7

8

3

= 0,1391+ 0,0107 + 0,0097 + 0,5584 + 0,5279 + 0,0254
= 2,2712
Sedangkan =

Pada taraf dignifikasi 5% ( ) diperoleh:
=
= X2 (0,95) (3)
= 7,81
Dengan demikian: untuk ( ) diperoleh:
=
= X2 (0,99) (3)
= 11,3
Dengan demikian: untuk ( ).
Dari perhitungan di atas, baik pada taraf signifikasi 5% maupun 1% menunjukkan , yang berarti kesimpulannya terima H0 yaitu sample berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji kesamaan Dua Varians
a. Rumusan hipoteisi:
H0 : (kedua populasi memiliki varians yang homogen)
Hi : (kedua populasi memiliki varians yang tidak homogen)
b. Rumus statistic yang digunakan:

=
=
= 1,1816
c. Kriteria uji : tolak Ho jika

Pada taraf signifikasi 5% ( diperoleh
= 1, 71
Pada taraf signifikasi 10% ( diperoleh
= 2,14
Dari perhitungan diatas, terlihat bahwa baik pada taraf signifikasi 5% maupun 10% menunjukan bahwa :
Yang berarti terima Ho dnegan kata lain kedua populasi memiliki varians yang sama (homogen).


3. Uji kesamaan dua rata-rata
a. Rumus hipotesis
H0 : (rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode ekspositori sama dengan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan metode Collaborative Learning)
Ha : (rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode ekspositori tidak sama dengan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan metode Collaborative Learning)
b. Rumus statistic yang digunakan:


=
=
= 1,009195
Sg =
= 1,0046
= 1,01 (pembulatan)

=
=
=
= -3,9858
= -3,99 (pembulatan)
c. Kriteria uji: Terima Ho jika

Dengan dk =
Pada taraf signifikasi 5% ( ) diperoleh


=
= 2,00
Pada taraf signifikasi 1% ( ) diperoleh


=
= 2,66
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa baik pada taraf signifikasi 5% maupun 1% menunjukkan bahwa , dengan demikian tolak Ho yang berarti terima Hi dengan kata lain ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunaan metode ekspositori dengan metode collaborative learning.
4. Uji Perbedaan dua rata-rata
a. Rumusan Hipotesis
Ho : ( rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori lebih rendah atau sama dengan yang diajar dengan menggunakan metode collaborative learning
Ho : ( rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ekspositori lebih besar dari rata-rata hasil belajar ang diajar dengan menggunakan metode collaborative learning

b. Rumus statistic yang digunakan

=
=
= 1,009195
Sg =
= 1,0046
= 1,01 (pembulatan)

=
=
=
= -3,9858
= -3,99 (pembulatan)

c. Kriteria Uji : terima Ho jika

Dengan dk = n1 + n2 – 2
Pada taraf signifikasi 5% ( ) diperoleh

=
=
= 1,67
Dari perhitungan terlihat bahwa pada taraf signifikasi 5% menunjukkan bahwa dengan demikian kesimpulan yang diperoleh adalah terima Ho dan tolak Hi yang berarti rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode ekspositori lebih rendah dari pada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode collaborative learning pada pokok bahasan trigonometri.

D. Pembahasan
Berdasarkan kesimpulan analisis diatas, ternyata terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa, dan hasil belajar yang diperoleh utuk siswa yang diajar menggunakan metode Collaborative Learning lebih tinggi dari pada siswa yang diajar menggunakan metode Ekspositori.
Secara teoritis, perbedaan tersebut didasarkan pada perbedaan tanggapan yang dilakukan oleh siswa selama mereka mengalami pengajaran dengan metode Collaborative Learning dan metode Ekspositori. Tanggapan yang diberikan oleh siswa yang diajar dengan metode Collaborative Learning, lebih aktif karena siswa ikut berpartisipasi langsung dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan topik pokok bahasan yang diajarkan yaitu trigonometri dimana dalam pelaksanaanya siswa terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang terdiri dasri 3 - 4 orang yang diusahakan aktif dalam proses pembelajaran tersebut dan bersifat heterogen dimana dalam kelompok tersebut dibentuk dari latar belakang yang berbeda-beda, baik siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi dengan siswa yang kemampuan akademisnya sedang atau rendah.
Adapun guru sebelum proses pembelajaran kolaborasi dilaksanakan telah menyiapkan alat bantu berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang didalamnya telah terdapat gambaran-gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga siswa dalam proses pembelajaran kolaborsai tidak mengalami kendala yang begitu berarti tentang materi yang akan dibahas dalam masing-masing kelompok tersebut. Dan di dalam proses ini guru hanya sebagai penengah dalam berlangsungnya proses tersebut. Dengan demikian kesan yang dialami oleh siswa lebih mendalam dan tertanam dalam ingatan yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan siswa tersebut dalam penguasaan materi yang diajarkan melalui pembelajaran dengan menggunakan metode Collaborative Learning. Namun adapun kendala atau kelemahan dalam pembelajaran ini adalah periode waktu yang digunakan untuk membahas materi hingga mereka dapat menyelesaikan masalah yang disajikan itu cukup panjang, kemudian dalam pengamatan peneliti bahwa didalam sebuah kelompok seringkali didapat terlalu banyak alternative atau saran perbaikan yang membingungkan kelompok tersebut.
Didalam proses akhir yang dilakukan peneliti dalam proses pembeljaran tersebut yaitu penilaian, dimana dalam pembelajaran Collaborative Learning ini dilakukan tes atau kuis yang dilakukan secara kelompok maupun individu. Tes individu nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa dalam kelompok, sedangkan tes kelompok adalah hasil akhir kemampuan siswa dalam penggabungan dalam proses pembelajaran tersebut. Soal yang diberikan berkaitan dengan materi yang menjadi topik yaitu trigonometri yang terdiri dari 5 soal essay yang sebelumnya oleh peneliti telah diklasifikasikan antara soal yang mudah, hingga yang sulit, yang kemudian dikerjakan siswa dengan batas waktu tertentu yaitu kurang lebih 45 menit atau satu jam pelajaran dan kemudian dilanjutkan mengoreksi jawaban secara bersama-sama dan setelah itu dilakukan proses penilaian dan pemberian rewards/ penghargaan kepada siswa yang memiliki nilai tertinggi.
Adapun dengan pembelajaran dengan menggunakan metode Ekspositori, siswa merasa dirinya terbebani dengan kontinuitas tugas yang terasa memberatkan dan membuat mereka jenuh karena selalu diberikan beban tugas yang relative sama yaitu penyelesaian soal-soal. Pengajaran dengan menggunakan metode Ekspositori dimana guru menjelaskan materi secara umum, dan khusus dalam peneitian ini peneliti mengambil materi trigonometri sebagai materi ajar dengan cara menjelaskan terlebih dahulu didepan kelas cara menentukan panjang salah satu segitiga yang sisi-sisinya telah diketahui dengan menggunakan rumus phytagoras. Penyajian informasi secara lisan yang dilakukan guru dalam metode ini dapat disebut ceramah. Penyajian ceramah yang bersifat formal dan biasanya berlangsung selama 30 menit, kemudian mengajukan pertanyaan kepada siswa jika ada hal yang tidak dimengerti, kemudian langkah selajutnya guru memberikan contoh soal aplikasi dari konsep yang berkaitan dengan menentukan salah satu panjang sisi dari segitiga siku-siku, yang kemudian dilanjutkan dengan meminta siswa untuk mengerjakan jawaban dari contoh tersebut dipapan tulis atau mejanya dimana soal yang diajukan tersebut dapat dikerjakan dengan cara individu atau kelompok. Dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti mengenai persoalan tersebut dan kegiatan yang terakhir adalah siswa mencatat materi pelajaran yang telah diberikan dan dilengkapi dengan pekerjaan rumah.
Adapun kekurangan dan kelemahan dari pembelajaran ini yang peneliti temukan bahwa terdapat faktor lain disamping hal yang telah dijelaskan diatas tentang proses pembelajaran ekspositori yaitu mereka belum mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang baik, sehingga kualitas atau target penyelesaian tugas-tugas yang dibebankan juga kurang optimal, ditambah lagi bervariasinya tingkat pengetahuan masing-masing siswa. Sehingga saya simpulkan bahawa apabila guru menggunakan metode eksopitori atau ceramah saja maka siswa akan merasa jenuh dan terbebani oleh tugas-tugas yang diberikan oleh guru yang sifatnya monoton atau terus-menerus, sehingga perlu adanya metode yang lain dan tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa khusunya pada materi trigonometri.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil analisis data penelitian ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan yang nyata rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode Collaborative Learning dengan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan metode Ekspositori pada pokok bahasan trigonometri siswa kelas XI SMK Budi Utomo 2 Way Jepara Tahun pelajaran 2009/2010.
2. Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode Collaborative Learning lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode Ekspositori pada pokok bahasan trigonometri siswa kelas XI SMK Budi Utomo 2 Way Jepara Tahun pelajaran 2009/2010.
3. Penggunaan Metode yang tepat dalam proses belajar mengajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam materi trigonometri.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh selama melaksanakan penelitian dan hasil pengamatan dalam pelaksanaan penelitian, maka penulis mencoba mengemukakan saran-saran guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam bidang studi matematika sebagai berikut:

1. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa bidang studi matematika adalah dalam menyampaiakan pokok bahasan materi trigonometri lebih efektif dengan menggunakan metode Collaborative Learning karena siswa dapat saling bekerjasama dan aktif serta sama-sama menuangkan hasil pemikiran guna mencapai suatu hasil belajar baik secara individu maupun dalam kelompok siswa hasil belajarnya menjadi lebih baik dan meningkat.
2. Didalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana proses pendidikan hendaknya dalam melakasanakan tugas pengajaran itu dengan baik dan yang dapat mengajak siswa aktif dalam proses pembelajaran serta dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan metode yang tepat disamping penyampaian materi yang menarik