AYAT – AYAT HUKUM

Jika dicermati hampir tidak ada satu aktifitas seorang muslim yang luput dari norma hukum. Tentu saja yang dimaksud disini adalah hukum praktis yang terdiri dari lima kategori, wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Sejak bangun tidur sampai tidur kembali,setiap muslim dalam aktivitasnya, apapun bentuknya, akan terkena salah satu dari lima norma hukum tersebut.

Biasanya ia tidak akan mau melakukan atau mengkonsumsi sesuatu sepanjang hukumnya tidak jelas. Oleh sebab itu, jauh lebih banyak buku-buku yang berisi fatwa-fatwa hukum ketimbang persoalan yang menyangkut aqidah, akhlak dan dimensi Islam lainnya. Kejelasan hukum, akan memberikan rasa aman, damai dan tenteram bagi umat. Yang menjadi topik bahasan kami adalah berzina, menuduh berzina, Membuat kerusakan di muka bumi dan mencuri.

  1. Berzina.

Hukuman pukulan dikenakan pezina jejaka dan perawan (Ghairu Muhshan) sementara pezina muhshan hukumanannya rajam:

An Nur 24 : 2

Artinya: 2. Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.


An-Nisa’ 4: 15

Artinya: 15. dan (terhadap) Para wanita yang mengerjakan perbuatan keji [275], hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, Maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya[276].

Perbuatan keji: menurut jumhur mufassirin yang dimaksud perbuatan keji ialah perbuatan zina, sedang menurut Pendapat yang lain ialah segala perbuatan mesum seperti : zina, homo sek dan yang sejenisnya. menurut Pendapat Muslim dan Mujahid yang dimaksud dengan perbuatan keji ialah musahaqah (homosek antara wanita dengan wanita).

[276] Menurut jumhur mufassirin jalan yang lain itu itu ialah dengan turunnya ayat 2 surat An Nuur.

  1. Menuduh berzina

An-Nur 24: 4

Artinya: 4. dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik[1029] (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik.

Yang dimaksud wanita-wanita yang baik disini adalah wanita-wanita yang Suci, akil balig dan muslimah.

  1. Pencuri

Al-Maidah 5: 38

Artinya: 38. laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

  1. Membuat kerusakan di muka bumi

Al-Maidah 5: 33

Artinya: 33. Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik[414], atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,

Maksudnya Ialah: memotong tangan kanan dan kaki kiri; dan kalau melakukan lagi Maka dipotong tangan kiri dan kaki kanan.

Pemabuk dipukul 80 kali

Murtad hukum bunuh

Sumber

http://zulfa4wliya.wordpress.com/2007/12/02/ayat-ayat-hukum/

http://www.waspada.co.id/index.php/index.php?option=com_content&view=article&id=43257:perbandingan-ayat-hukum-a-ayat-kauniyah-dalam-al-quran&catid=33:artikel-jumat&Itemid=98

Jumat, 11 Maret 2011

Analisi Kesulitan Mengerjakan Soal-soal Trigonometri Kelas XI SMK Ganesa Metro Tahun Pelajaran 2010/2011

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan didorong oleh adanya sistem pendidikan maju dan modern ditengah-tengah masyarakat yang berguna untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang modern dewasa ini dengan permasalahannya yang kompleks. Untuk mewujutkan itu diperlukan usaha yang keras dan memakan waktu yang lama karena memerlukan proses yang panjang. Diantar usaha yang dilakukan adalah dengan meningkatkan sumber daya manusia yang profesional terutama dibidangnya.
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) berupaya meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Indonesia, sehingga pendidikan menduduki posisi penting diantara komponen-komponen yang lainnya. Dapat dikatakan bahwa segenap komponen dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukkan untuk mencapai tujuan tesebut. Dalam usaha pencapaian tujuan tersebut, banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah diantaranya adalah pemenuhan sarana dan prasarana, peningkatan mutu guru dengan jalan diklat, penataran, seminar pendidikan. disistem pendidikan itu sendiri, pemerintah sangat gigih dalam mencapai jalan terbaik untuk sistem pendidikan di Indonesia, diantaranya perubahan kurikulum, dengan harapan dan tujuan pemerintah adalah untuk meningkatkan mutu dan pencapaian tujuan pendidikan di Indonesia.
Pendidikan di Provinsi Lampung masih dalam katagori rendah. Menurut Bappeda Lampung sekitar 62,7% dari 7,4 juta jiwa masyarakat lampung tidak lulus atau hanya lulus Sekolah Tingkat Pertama. Masalah ini adalah dampak dari buruknya infratruktur pedesaan, sebagai salah satu penunjang ekonomi dan pendidikan.
Pada sektor pendidikan khususnya pendidikan formal di sekolah, proses belajar mengajar siswa diatur dan direncanakan supaya tujuannya tercapai, yaitu sejumlah perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hal yang paling pokok di sekolah adalah siswa harus belajar di sekolah, sedangkan guru dapat mengajar siswa dengan baik, terarah, dan terencana.
Salah satu karakteristik matematika adalah yang mempunyai obyek yang bersifat apsterak. Sifat abstrak ini menyebabkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam matematika. Prestasi matematika siswa secara nasional maupun internasional belum menggembirakan. Third International Mathematichs And Science Study (TIMSS) tahun 1999 melaporkan bahwa rata–rata skor matematika siswa tingkat 8 (SLTP Kelas 2) Indonesia jauh di bawah rata–rata skor matematika siswa internasional dan berada rengking 34 dari 38 Negara (dalam Asmin, 2005).
Sejalan dengan itu, matematika adalah salah satu ilmu dasar yang dewasa ini telah berkembang dapat dijadikan sebagai salah satu alat ukur keberhasilan proses belajar mengajar. Pelajaran matematika yang diberikan di tingkat pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan di dalam kehidupan yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran yang logis, kritis dan cermat. Dengan mengenal matematika, siswa diharapkan dapat menggunakan cara berfikir secara matematika dalam kehidupan sehari–hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan baik pendidikan dasar, menengah pertama, menengah atas dan perguruan tinggi. Secara terus menerus menjadi bahan kajian, karena hal tersebut di atas maka berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah untuk meningkatkan lagi sistem pendidikan di Indonesia di antaranya adalah perbaikan kurikulum dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan yang memberikan peluang yang lebih besar kepada siswa untuk memperoleh materi yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, selain itu pemerintah juga melakukan program antara lain mengadakan penataran guru bidang studi, pemantapan kerja guru, pengadaan buku, dan sarana pendidikan.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan hasil belajar siswa, sehingga sejauh ini SMK Ganesa Metro telah melakukan berbagai usaha yaitu:
1. Dengan memiliki guru yang sesuai dengan bidang studinya.
2. Melengkapi sarana dan prasarana sekolah, seperti kelengkapan di perpustakaan, kelengkapan ruang belajar mengajar.
3. Mengaktifkan kegiatan belajar mengajar dengan disiplin kehadiran siswa dan guru.
4. Diadakannya jam tambahan di luar jam sekolah (khususnya siswa kelas XII yang akan menempuh ujuan).

Walaupun demiikian masih terdapat hasil beberapa siswa yang nilainya rendah, seperti terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1: Daftar Hasil Prasurvey, Nilai Sumatif Pokok Bahasan Trigonometri.
No Katagori Nilai Jumlah Persentase
1 Tuntas >60 14 37,84
2 Tidak Tuntas ≤60 23 62,16
3 Jumlah 37 100
Sumber : Daftar nilai pokok bahasan trigonometri kelas XI Otomotif 1 SMK Ganesa Metro Tahun Pelajaran 2010/2011
Katagori tuntas 61 sedangkan tidak tuntas 0–60 (<61). Dimana katagori tersebut disesuaikan dengan Kreteria Ketuntasan Minimum (KKM) SMK Ganesa Metro.

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa 62,16% belum mencapai hasil yang memuaskan atau hasil belajarnya masih rendah.
Dari hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika dan siswa di SMK Ganesa Metro, mengatakan bahwa materi tersebut tergolong sulit, di samping itu, materi antara satu dan lain saling berkaitan. Untuk dapat belajar trigonometri, siswa tidak cukup menghafal rumus–rumus saja. Tetapi harus mampu memahami, dan mampu mengaitkan rumus–rumus tersebut dengan yang lainnya.
Dari pembahasan di atas, teridentifikasi rendahnya hasil belajar trigonometri disebabkan karena kesulitan dalam memahami sub-materi tersebut. Atau dengan kata lain peneliti tertarik untuk meneliti tentang “ANALISIS KESULITAN MENGERJAKAN SOAL–SOAL TRIGONOMETRI KELAS XI SEMESTER GANJIL SMK GANESA METRO TAHUN PELAJARAN 2010/2011”.

B. Fokus Penelitian
Matematika merupakan konsep–konsep yang menggunakan berbagai pengertian, symbol–symbol dan perhitungan–perhitungan seperti pada pokok bahasan trigonometri sehingga untuk mempelajarinya diperlukan kemampuan berfikir yang logis, cermat, dan efisien. Sub pokok bahasan trigonometri tergolong sulit dipahami oleh siswa. Sehingga peneliti ingin menganalisis kesulitan dalam proses pembelajaran trigonometri yang dialami oleh siswa.

C. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah, peneliti mengangkat suatu masalah, tujuan diadakan penelitian, dan kegunaan penelitian. Sebagai berikut:
1. Apa yang mempengaruhi kesulitan mengerjakan soal di mana dalam menyelesaikan soal–soal trigonometri pada siswa kelas XI Otomotif 1 semester Ganjil SMK Ganesa Metro?
2. Bagian apa sub pokok bahasan trigonometri siswa kelas XI Otomotif 1 semester Ganjil SMK Ganesa Metro, yang mengalami kesulitan mengerjakan soal–soal trigonometri?
3. Berapa persen siswa kelas XI Otomotif 1 semester Ganjil SMK Ganesa Metro yang mengalami kesulitan mengerjakan soal trigonometri?

D. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan diadakan penelitian ini, untuk mengetahui:
1. Kesulitan yang terjadi dalam mengerjakan soal-soal Trigonometri pada siswa kelas XI Otomotif 1 semester Ganjil SMK Ganesa Metro tahun pelajaran 2010/2011
2. Sub pokok bahasan yang sulit menurut siswa kelas XI Otomotif 1 semester Ganjil SMK Ganesa Metro 2010/2011
3. Persentase siswa kelas XI Otomotif 1 semester Ganjil SMK Ganesa Metro 2010/2011 yang mengalami kesulitan mengerjakan soal Trigonometri.

E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi peneliti kepada pihak terkait dalam mengerjakan mata pelajaran matematika khususnya guru dan calon guru matematika, agar memperhatikan penyebab kesulitan belajar pada sub pokok bahasan trigonometri, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Agar pandangan siswa terhadap pelajaran trigonometri yang diangap sulit dipahami ternyata akan terasa lebih mudah jika kita pelajari kesulitan–kesulitan yang dihadapi oleh siswa dan tidak lagi siswa takut kepada pelajaran matematika khususnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dari penelitian yang akan dilaksanakan maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Subjek penelitian yaitu siswa kelas XI SMK Ganesa Metro Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Objek penelitian ini adalah kesulitan mengerjakan soal–soal trigonometri.
3. Sifat penelitian yaitu deskriptif kualitatif.
4. Tempat penelitian yaitu SMK Ganesa Metro.
5. Waktu penelitian yaitu semester Ganjil tehun pelajaran 2010/2011.
6. Kesulitan mengerjakan soal trigonometri adalah ketidakmapuan siswa dalam menyelesaikan soal–soal trigonometri yang di anggap siswa materi pokok pembahasan trigonometri yang sulit dipahami di semester Ganjil. Adapun kesulitan belajar trigonometri dapat dilihat dari hasil tes essai. Jika kurang dari 61% tersebut soal tidak dijawab dengan benar oleh siswa, maka siswa mengalami kesulitan mengerjakan soal trigonometri.
7. Pokok bahasan dari sub bahasan materi trigonometri disesuaikan dengan pendekatan kurikulum berbasis kometensi.
8. Kesulitan mengerjakan soal trigonometri yang terjadi, di analisis dari cara siswa menyelesaikan tes trigonometri yang diberikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Pustaka yang Menyangkut Variabel
Agar dalam pemecahan masalah penelitian yang sedang dihadapi tujuannya jelas, maka dalam hal kajian pustaka ini peneliti cantumkan beberapa pendapat para ahli yang nantinya dapat memberikan arahan bagi peneliti dalam memcahkan masalah nantinya. Beberapa pustaka yang menyangkut variabel penelitian dikemukakan oleh para ahli sabagai mana uraian berikut ini:

1. Kesulitan Belajar
Pada umumnya kebanyakan siswa mengatakan bahwa pelajaran matematika adalah tergolong pelajaran yang sulit untuk dipahami. Karena dalam pelajaran matematika tidak cukup hanya menghafal rumus saja, tetapi ternyata diperlukan ketelatenan/ketekunan, keuletan dan rutin dalam mengerjakan latihan-latihan serta harus dapat mengaitkan antara rumus dengan persoalan yang dihadapi (ketika menjawab soal). Bila siswa sudah mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep yang terdahulu, siswa juga akan sulit untuk menguasai konsep yang selanjutnya.
Tiap–tiap pelajaran mengandung tingkat kesulitan yang berbeda. Tingkat kesuitan bahan pelajaran mempengaruhi kecepatan belajar. Sebaliknya, semakin mudah bahan pelajaran, makin cepat orang dalam mempelajarinya. Bahan pelajarna yang sulit memerlukan cara belajar yang intensif, sedangkan bahan yang sederhana akan mengurangi insensitas belajar seseorang (Soemanto, 2003:114)


Matematika merupakan pelajaran yang tergolong sulit untuk dipahami oleh siswa. Karena dalam pelajaran matematika tidak cukup hanya menghafal rumus–rumus saja, tetapi mampu mengaitkan rumus–rumus yang dimilikinya dengan persoalan yang dihadapinya. Dalam peroses belajar mengajar tidak seluruhnya materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa. Setiap siswa yang mengalami kesulitan yang mungkin saja berupa gangguan dan hambatan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Di mana kesulitan yang di hadapi masing–masing siswa tersebut berbeda–beda.
Pendapat Hamalik (1983:97) menyanatakan bahwa:
Kesulitan belajar dapat dilihat melalui evalusi dimana bermakna untuk (1) mengecek sampai di mana penetahuai itu diketahui, (2) memeriksa dan melihat kelemahan–kelamahan dan keterkaitan penggunaan–penggunaan bahan, (3) meneliti apakah cara belajar yang digunakan sudah tepat atau belum.

Lebih lajut lagi Hamalik (1983:112)
Kesulitan belajar adalah serangkaian faktor yang berasal dari dalam diri atau dari keadaan lingkungan siswa, kesulitan belajar yang berasal dari dalam diri biasanya ditandai dengan ketidakmampuan siswa menyesuaikan diri dengan apa yang ada dilingkungannya, apa yang sedang dialami atau dipelajari.

Selanjutnya menurut Entang (dalam Marsudianto, 2002:7) mendefinisikan kesulitan belajar adalah sebagai berikut:
Ketidakberhasilan dalam proses belajar mengajar dalam mencapai ketentuan bahan tidak dapat dikembalikan hanya satu faktor, akan tetapi kepada banyak faktor yang dapat kita persoalkan adalah siswa yang belajar, jenis kesulitan yang dihadapi siswa dan kegiatan yang terlihat dalam proses belajar mengajar.

Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa kesulitan belajar adalah ketidakmampuan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang di mana setelah mengikuti serangkaian kegiatan belajar yang tidak berjalan secara optimal, misalnya ketidak mampuan untuk konsentrasi dalam pembelajaran, ketidakmampuan untuk mengamati, meniru dari materi yang disajikan oleh guru, ketidakmampuan untuk mengerjakan latihan soal–soal dan sebagainya.
Seorang siswa dinyatakan mengalami kesulitan belajar apabila menjawab soal kurang dari 75% dari tes tersebut. Dan dikatakan tidak mengalami kesulitan belajar jika menjawan benar lebih dari 75% (Arikunto, 1999:98). Tetapi dalam penelitian ini yang akan dianalisis adalah siswa yang mengalami kesulitan menjawab soal kurang dari 61%. Yang disesuaikan dengan SMKB (Setandar Minimum Ketuntasan Belajar) khususnya dalam bidang studi Matematika di SMK Ganesa Metro.
Selain itu, belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat lemah. Jenning dan dunne tahun 1999 (dalam I Gusti Putu Suhartana, 2005) mengatakan bahwa, kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika kedalam situasi kehidupan real (kehidupan nyata). Hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna.
Menurut Soedjadi dkk (dalam I Gusti Putu Suhartana, 2005)
Guru dalam pembelajaran matematika di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberi kesempatan untuk menentukan kembali sendiri ide–ide maematika. Menggantikan pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide–ide matematika dalam pembelajaran dikelas penting dilakukan agar pembelajarna bermakna.

Menurut Vabde Henvel-Panhuizen (dalam I Gusti Putu Suhartana, 2005) “bila anak belajar matematika terpisah dari penglaman mereka sehari–hari, maka anak–anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa matematika realistik merupakan matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menepatkan realitas dan pengalaman sehari–hari siswa sebagai titik awal pembelajaran. Selanjutnya siswa diberi kesempatan menerapkan konsep–konsep matematikan untuk memecahkan masalah dalam bidang lain. Dengan kata lain pembelajaran matematika realistik berorentasi pada matematisasi pengalaman sehari–hari dan merupakan matematika dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat mempelajaran matematika tidak lagi menjadi sulit.

2. Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Kendala yang Muncul di Lapangan.
Pembelajaran matematika yang diterapkan di sekolah saat ini merupakan basik yang sangat penting dalam keikutsertaannya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurut Suyanto (dalam Asmin, 2005), dalam pembelajaran matematika, penyampaian guru cenderung monoton, hampir tanpa variasikreatif, kalau saja siswa ditanya, ada saja alasan yang mereka kemukakan, seperti matematika sulit, tidak mampu menjawab, takut guru kedepan, dan sebagainya. Sementara itu Syahrien (dalam Asmin, 2005) berpendapat “adanya gejala matematika phobia (ketakutan anak pada matematika) yang melanda sebagian besar siswa, sebagai akibat tak kenal maka tak sayang”.
Masalah klaksik yang selalu muncul adalah keluhan masyarakat bahwa proses pembelajaran matematika di sekolah masih menggunakan pendekatan tradisional atau mekanistik, yakni seorang guru aktif mengajarkan matematika, kemudian memberikan contoh dan latihan, disisi lain siswa bersifat sebagai murid, mereka mendengar, mencatat dan mengerjakan latihan. Kesempatan diskusi jarang, di kelas jarang dilakukan serta interaksi dan komunikasi kurang digalakan. Seiring dengan proses pembelajaran seperti itu, menurut De Lange (dalam Asmin, 2005), bahwa tujuan pemberian materi matematika masih berdasarkan matematika untuk matematikawan, bahwa matematiak untuk anak sekolah seyogyanya fokus dan penempaanya harus di sesuaikan dengan apa yang pernah dialami murid setip harinya. Zulkandi (1999) hal ini bertentangan dengan kebutuhkan masyarakat informasi saat ini. Implikasinya bahwa tujuan materi dan proses pembelajaran matematika di Indonesia perlu informasi. De Lange (dalam Asmin,2005) menggaris bawah masalah–masalah utama dalam mengimplementasikan yaitu bagaimana melatih guru untuk menggunakan materi baru tersebut menggunakan pendekatan baru. Hal ini tanpaknya kompleks karena ada beberapa perubahan yaitu:
1) Materi matematika berbeda dengan yang sebelumnya.
2) Peranan guru berubah dari mengajar ketidang mengajar.
3) Materi evaluasi ditekankan pada soal–soal level menengah dan atas meskipun tidak melupakan level bawah.
Perubahan ini harus diperhatikan bila pendapatan RME (Real Mathematics Education) akan diimpelmentasikan di Indonesia. Salter (dalam Asmin, 2005) mengemukakan bahwa semua aktivitas PMR dimedia melalui guru, khususnya melalui tahcer’s beliefs tentang bagaimana mengorganisasi dan menafsirkan. Salah satu strategi kunci dalam situasi ini adalah melibatkan mereka, guru atau calon guru, dalam pengembangan prestasi meraka menggunakan strategi berikut:
1) Kuliah atau trening singkat
2) Pengembangan kurukulum
3) Teknologi
Dari bagian di atas, disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1) PMR Merupakan Pendekatan pembelajaran matematika yang berorentasi pada pematematisasian pengalaman hidup sehari–hari dan mengaplikasikan dalam dunia real yang ditemukan dalam kehidupan sehari–hari.
2) PMR berdasarkan pada teori RME (Real Mathematic Education) yang merupak dunia real dan menggunakan model matematika, memproduksi hasil dan mengembangkan kemampuan siswa melalui interaksi guru dengan cara yang ramah dan bersifat komunikatif.
3) Model PMR akan membantu siswa membentuk sendiri pemahaman matematikanya dengan bantuan guru.
4) Untuk melaksanakan perubahan pada diri siswa, guru harus ikut melaksanakan perubahan dalam kepribadiannya, serta pengetahuan guru tentang aturan belajar siswa harus diperhatikan dengan sungguh–sungguh.
5) Kita harus segera menyiapkan materi kurikulum PMR yang memahami standar kesulitan sebagaimana yang tercerminan dalam ajaran PMR dan tidak sepadat materi yang dalam kurikulum sekarang ini.
6) PMR akan lebih efektif diterapkan pada kelas yang tidak terlalu besar, berkisar 25–30 siswa di dalamnya, sementara di SMK Ganesa Kelas XI Otomotif 1 berjumlah 36 siswa.
7) Pendekatan realitas yang menuntut konteribusi siswa, seyogyanya memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan refleksi, sementara guru berperan sebagai model dalam merefleksi yang dilakukan secara efektif dan konsisten.

3. Pemecahan Masalah Dalam Matematika
Robert Gagne (dalam Erman dan Udin, 1993:158) memberikan teori tentang delapan tipe (jenjang) belajar dalam suatu hiraki hubungan yang berdasarkan atas tahap belajar yang lebih rendah, Hiraki Gagne ini, relevan untuk mempelajari matematika. Delapan tipe belajar menurut Gagne adalah seperti sebagai berikut:
Pemecahan Masalah
Belajar aturan
Belajar konsep
Belajar diskriminasi
Belajar asosiasi verbal
Rangkaian gerak
Belajar merangsang jawaban
Belajar sinyal

Gambar 1. Bagan/urutan tipe belajar menurut Gagne
Dalam pemecahan masalah, biasanya ada lima langkah yang harus dilakukan (Erman dan Udin, 1993:159). Adapun langkahnya sebagai berikut:
1) Menyajikan masalah dalam bentuk yang labih jelas.
2) Menyatakan masalah dalam bentuk yang oprasional.
3) Menyusun hipotesis-hipotesis alternative dan prosedur kerja yang diperkirakan baik.
4) Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya.
5) Mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk belajar memecahkan masalah haruslah menguasai terlebih dahulu konsep dan aturanaturan yang menunjangnya.
Menurut Polya (dalam Hudoyo, 1979) terdapat dua masalah dalam matemaika yaitu:
Masalah menemukan dan masalah membuktikan. Masalah menemukan dapat teoritis atau praktis, abstrak, atau kongkrit. Masalah untuk membuktikan tujuannya untuk menunjukan suatu pernyataan itu benar atau salah tetapi tidak keduanya.

Kemudian Hudoyo (1990) mengemukakan tujuan lengkap dalam menyelasaikan soal matematika, bentuk pemecahan masalah ini adalah:
1) Menetukan apa–apa yang ditanya
2) Mengestimasi jawaban
3) Mencari apa yang diketahui.
4) Memilih konsep teorema rumus yang relevan.
5) Memanipulasi symbol–symbol dan merekayasa apakah setiap langkah sudah benar.
6) Mencocokan hasil yang diperoleh, sehingga memperoleh jawaban yang tepat.
7) Mengoptimalisasikan hasil yang diperoleh ke dalam situasi baru.

Lebih lanjut Hudoyo (1990:143) mengenai langkah–langkah pemecahan masalah menyatakan sebagai berikut:
Penyelesaian masalah biasanya tidak cukup dengan dua atau tiga langkah, melaikan memerlukan banyak langkah, kalaupun memerlukan dua atau tiga langkah, ddiperlukan kegiatan mental yang tinggi sehingga dapat menemukan akal muslihat (trik) dan trik ini perlu diketahui sehingga menemukan peruses jawaban. Penemuan peruses jawaban perlu dinilai ciri–ciri berfikir matematika dapat diungkap dengan jelas.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah–langkah yang perlu dikembangkan dalam menyelesaikan soal adalah sebagai berikut:
1) Menyusun apa yang diketahui dan apa yang ditanya.
2) Mencari aturan–aturan, rumus–rumus yang dapat menghubungkan antara yang ditanya dan yang diketahui.
3) Mengoprasikan aturan–aturan yang telah dibuat pada langkah kedua.
4) Memeriksa ulang langkah (1), (2) dan (3) jika perlu.
Kurangnya kemampuan siswa pada salah satu langkah atau berapa langkah penyelesaian soal–soal tes yang diberikan merupakan kesulitan tersendiri. Pada penelitian ini soal yang diberikan berbentuk tahap–tahap atau langkah pemecahan mengacu pada langkah–langkah pemecahan masalah.
4. Pengertian Trigonometri
Trigonometri merupakan salah satu pelajaran matematika yang penting untuk dipelajari karena mempunyai penerapan yang luas, baik dalam bidang matematika sendiri maupun dibidang pengetahuan yang lainnya. Dan kini perkembangannya sangat luas, sehingga trigonometri ini banyak digunakan sebagai ilmu matematika, juga sebagai dasar atau prasyarat dalam mempelajari matematika dan pelajaran lainnya. Trigonometri dalam matematika memuat identitas, fungsi trigonometri, turunan grafik fungsi trigonometri dan masih banyak lagi yang lainnya.
Trigonometri adalah cabang ilmu matematika yang menyelidiki gerak benda–benda angkasa, tetapi bukan hanya mempelajari tentang segitiga dan sudut–sudut tetapi merupakan cabang dari matematika modern yang membahas tentang sirkulasi dan fungsinya, seperti yang dikatakan oleh Negoro dan Harapan (1982:533) yang mengatakan bahwa:
Trigonometri dahulu disebut ilmu ukur segitiga atau ilmu ukur gineometri. Trigonometri berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata: ‘trigonon’ berarti segitiga, dan ‘Metro’ berarti ukuran. Menurut asalnya trigonometri cabang dari ilmu yang mencoba menyelediki gerak benda-benda angkasa seperti matahari, bulan dan bintang-bintang dan menghitung atau memperkirakan posisinya. Dalam usaha menggunakan trigonometri sebagai dasar penyelidikan dan perhitungan dikenal dua tokoh astronomi bangsa Yunani bernama Hipperchus dan Micaca (abad ke 2 SM) dan Claudius Ptoleni (abad ke 2 SM). Pada perkembangan selama hampir 2000 tahun trigonometri banyak digunakan dalam bidang-bidang astronomi, navigasi, dan penyelidikan-penyelidikan lainnya. Pada saat ini trigonometri bukan hanya studi tentang segi tiga dan sudut-sudut tetapi juga merupakan cabang dari matematika modern yang membahas tentang sirkulasi dan fungsinya.

Dan saat ini perkembangannya sangat luas, sehingga trigonometri ini banyak digunakan ilmu matematika. Juga sebagai dasar atau prasyarat dalam mempelajari matematika dan pelajaran lainnya, trigonometri dalam matematika memuat identitas trigonometri dan lain–lainnya.
Pengertian trigonometri menurut Wikipedia sebagai berikut:
Trigonometri adalah sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segitiga dan fungsi trigonometri seperti sinus, cosinus dan tangen. Kata trigonometri berasal dari bahasa Yunani trigonon yang artinya ‘segi tiga’ dan metria yang artinya pengukuran. Istilah treigonometri pertama kali digunakan oleh pitiscus Bartholomaeus sebagai judul buku berisikan studi tentang segitiga yang di terbitkan pada tahun 1595, meskipun pada tahun 1960 di ubah menjadi trigonometriasive de dimensione triangulae. Ada 2 jenis trigonometri, yaitu: trigonometri bidang berhubungan dengan segitiga dan bidang dua dimensi, trigonometri bola (sphere) berhubungan dengan segitiga yang berbeda pada permukaan bola.
Dapat disimpulkan bahwa trigonometri adalah cabang ilmu matematika yang mempelajari hubungan setiap sudut dan garis pada sebuah segitiga dan fungsi trigonometri seperti sinus, cosinus dan tangens.

5. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses terjadinya perubahan-perubahan dari tingkah lakunya, kemampuan dan ilmu pengetahuan. Seseorang dikatakan belajar apabila dari semula tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah perubahan cara berpikir dalam menyelesaikan masalah dan dapat mengaitkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih dibandingkan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2003:155) mengatakan bahwa “Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahan, sikap dan keterampilan”.
Menurut Ahmadi (1997:21) juga mengatakan “Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam usaha belajar, dalam hal ini usaha belajar atau hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh dalam setiap mengikuti tes”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai dalam usaha belajar siswa dalam waktu tertentu berupa pengetahuan, pengertian ataupun perubahan tingkah laku selelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam bentuk nilai.
Menurut Hamalik (2003:199) mengatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh:
a) Faktor intern: tujuan, minat, aktivitas, kecakapan, kebiasaan belajar, serta penguasaan bahan pelajaran.
b) Faktor ekstern: meliputi faktor lingkungan sekolah berupa cara memberi pelajaran dan bahan-bahan bacaan, alat peraga dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa hasil belajar itu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu intern (faktor yang berasal dari dalam diri siswa) dan faktor ekstern (faktor yang berasal dari luar diri siswa).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai setelah menerima suatu pengetahuan yang diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka juga perbuatan. Juga hasil dari siswa dalam kegiatan belajar di mana hasil belajar tersebut diperoleh suatu perubahan berupa penguasaan sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang akan berbeda antar siswa yang satu dengan yang lainnya. Pengetahuan dan keterampilan yang dimaksud merupakan usaha siswa yang nampak dalam perubahan tingkah laku sebagai hasil dalam proses belajar yang di mana hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa.

B. Kerangka Berpikir

Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, penulis perlu membuat pemikiran penelitian mengenai konsep teoritis tentang keterkaitan variabel dalam penelitian dengan memperjelas langkah–langkah penelitian yang akan ditempuh. Yang dimaksud kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah konsep teoritis yang menyatakan hubungan antar variabel pengaruh dan variabel terpengaruh.
Penelitian ini bersifat menganalisis dan menemukan penyebab kesulitan belajar penguasaan konsep pada materi pokok trigonometri dengan metode deskriptif. Untuk mengetahui penyebab kesulitan penguasaan konsep trigonometri, diberikan tes trigonometri dalam bentuk esai. Tes bentuk essai ini sangat cocok untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap kesulitan mengerjakan soal trigonometri. Kesulitan penguasaan ini dapat dianalisis dan tahap-tahap penyelesaian soal yang dikerjakan oleh siswa. Dari tahap-tahap atau cara menyelesaikan trigonometri itu dapat ditemukan penyebab kesulitan mengerjakan soal trigonometri.
Kesulitan belajar siswa yaitu hal-hal atau gangguan yang dapat mengakibatkan kegagalan atau setidaknya menjadi gangguan yang bisa menghambat belajar. Kesulitan-kesulitan itu biasanya dijumpai dalam usaha meningkatkan hasil belajar. Semakin kurangnya kesulitan belajar siswa, maka akan semakin tinggi hasil yang akan dicapai. Sebaliknya, semakin banyak kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar, tentunya akan semakin rendah tingkat hasil belajar yang akan dicapai.
Kesulitan penguasaan konsep adalah ketidakmampuan siswa untuk memahami soal-soal trigonometri sesuai dengan fokus penelitian yang diinginkan. Banyak faktor yang menjadi penyebab kesulitan penguasaan konsep trigonometri. Faktor-faktor itu secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Tetapi dalam pelajaran matematika, hal yang dominan terhadap kesulitan mengerjakan soal adalah faktor intern, yaitu pengetahuan yang dimiliki dan dikuasai oleh siswa tersebut.
Pengetahuan yang dimiliki dan dikuasai oleh siswa tersebut dapat dilihat dari cara mereka menyelesaikan soal karena dalam matematika bukan hanya hasil akhir yang diutamakan, tetapi proses penyelesaian juga diperhatikan, maka penguasaan proses harus baik untuk memperoleh hasil yang benar. Untuk menjalankan proses penyelesaian dengan baik dan benar, siswa tersebut harus memahami dan terampil dalam menganalisis dan mengaplikasikan berbagai konsep dasar yang menjadi prasyaratnya.
Dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Siswa mengalami kesulitan matematika di kelas. Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami konsep-konsep matematika, dan siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna. Guru dalam pembelajaranya di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswi kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi kembali ide-ide matematika. Mengaitkan matematika kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran dikelas penting dilakukan agar pembelajaran bermakna.
Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran matematika realistik (MR). Realistic Mathematics Education (RME) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Teori RME pertama kali diperkanalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudental. Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian

Rencana penelitian dapat diartikan sebagai straegi untuk mengetur latar (setting) penelitian memperoleh data yang dapat sesuai dengan karateristik dan tujuna penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian dalam penelitian ini adalah metode tes. Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Melaksanakan observasi yang bertujuan untuk mendapatkan data awal yang akan memberikan gambaran umum masalah penelitian.
2) Menetukan jumlah siswa kelas XI SMK Ganesa Metro yang akan dijadikan sumber data.
3) Menentukan materi matematika semester genap berpedoman pada kurikulum berbasis kompetensi.
4) Menentukan skor hasil yang diperoleh untuk persiapan analisis perkomponennya.
5) Menganalisis data hasil penelitian yaitu terhadap karakteristik variable yang diteliti dan mendesripsikan data yang telah diperoleh.

B. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI Otomotif 1 SMK Ganesa Metro Tahun Pelajaran 2010/2011 yang tidak tuntas (yang mengikuti remidi). Dari seluruh siswa kelas XI SMK Ganesa Metro dari 84 yang mendapatkan remidi, diambil 30,5% atau 36 siswa. Adapun teknik yang digunakan proposional randum sampling.

C. Instrumen Penelitian

Untuk mengungkap data mengenai kesulitan belajar trigonometri, penelitian menggunakan soal tes. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Bentuk tes yang digunakan adalah tes essai yang bertujuan mengetahui tahap demi tahap kesulitan dalam mengerjakan tes yang diberikan.
Tes essai ini dibuat berdasarkan sub pokok bahasan yang terdapat pada pokok bahasan trigonometri. Sub pokok bahasan trigonometri kelas XI Otomotif 1 semester Genap SMK Ganesa Metro Tahun Pelajaran 2010/2011, sebagai berikut:
1) Perbandingan trigonometri
2) Identitas trigonometri
3) Nilai fungsi trigonometri sudut khusus
4) Grsfik fungsi trigonometri
5) Aturan sinus
6) Aturan kosinus
7) Luar segitiga
Adapun ketentuan perolehan skor tiap soal adalah 0 sampai 100. Dengan perincian sebagaim berikut:
1) Tidak memberijawaban sama sekali diberi skor 0
2) Menuliskan apa yang diketahui diberi skor 1.


3) Menulis apa yang ditanya diberi skor 1
4) Dapat mengestimasikan jawaban diberi skor 1.
5) Dapat menulis rumus-rumus yang digunakan skor 2.
6) Dapat memanipulasi symbol-simbol dalam merekayasa apakah setiap langkah sudah diberi skor 2.
7) Jawaban yang perosesnya benar tetapi belum selesai sampai akhir atau salah diberi skor 2 tetapi jika jawaban yang prosesnya benar dan hasil akhirnya benar diberi skor 3.
Tes yang digunakan berupa soal essai sebanyak 5 soal, di mana soal dibuat berdasarkan Silabus Kurikulum 2006 (KTSP) Semester Genap yang membuat kompetensi Dasar (KD) dan Indikator soal. Kompetensi Dasar (KD) yang diambil khusus materi Trigonometri. Seperti terlihat table berikut:
Tabel 2. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator soal berdasarkan Silabus 2010.
Kompetensi Dasar Indikator soal
1. Menggunakan sifat dan aturan tentang fungsi Trigonometri, rumus sinus dan kosinus dalam pemecahan masalah.





2. Melaksanakan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis yang berkaitan dengan fungsi trigonometri.
3. Menggunakan sifat dan aturan tentang fungsi trigonometri, rumus sinus dan cosinus dalam pemecahan masalah. • Menyusun dan Menentukan nilai perbandingan trigonometri.
• Menyusun dan menggunakan aturan cosines disemua kuadran
• Menyusun dan menggunakan aturan sinus suatu sudut
• Menentukan besarnya sudut nilai sinus, cosinus dan tangennya. Cosinus suatu sudut
• Menyusun, menggunakan, dan membuktikan identitas trigonometri.
• Mengkonstuksikan gambar grafik fungsi cosinus.
• Menyusun dan menentukan nilai luas segitiga.
Sumber: Silabus Kurikulum 2006 (KTSP) Semester Genap.

D. Teknik Analisis Data

a. Analisis Aktivitas Siswa.
Data aktivitas siswa diperoleh dari hasil Observasi dan diperoleh tabel observasi nilai sumatif pokok bahasan trigonometri dapat dihitung persentasenya dengan rumus:
%A=
Keterangan:
%A= Aktivitas siswa.
= Jumlah siswa yang aktif.
= Jumlah seluruh siswa.
b. Hasil Belajar.
Pada hasil belajar siswa yang diukur adalah ketuntasan belajar di mana datanya diperleh dari tes tertulis yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Data hasil tes tersebut dipersentasekan dengan rumus:

Keterangan:
= Tingkat ketuntasan belajar.
= Jumlah siswa yang telah tuntas (mendapat skor ≥60)
= Jumlah siswa yang mengikuti tes.


1. Analisis Data dan Kesulitan Belajar Trigonometri
Siswa yang dianggap mengalami kesulitan bila siswa tersebut memperoleh skor kurang dari 61. Untuk data yang diamati adalah siswa yang terambil dalam sempel.
Untuk mengetahui kesulitan belajar yang terjadi dalam penyelesaian test trigonometri dapat dianalisis pada proses tahap siswa tersebut menyelesaikan soal test yang siberikan. Tahap–tahap yang di nilai yaitu:
1. Menulis hal yang ditanyakan dalam soal
2. rumus yang digunakan
3. menjelaskan rumus
4. membuat kesimpulan jawaban tersebut.
Siswa diberikan kebebasan dalam menjelaskan dan memggunakan rumus tersebut sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki, sehingga akan terlihat pada tahap yang mana siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal trigonometri tersebut.


2. Analisis Data Skor Rata-rata Sub Pokok Bahasan
Menurut Arikunto (2003:264) menyatakan bahwa “Jadi untuk mencari nilai rata-rata, tinggal menjumlah semua skor dibagi dengan banyaknya siswa yang memiliki skor”. Dari pernyataan tersebut maka rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata kelas adalah sebagai berikut:

Keterangan :
= Skor rata–rata untuk soal ke-i (i= 1,2,3...10)
= Jumlah Skor untuk soal ke-i
n = Jumlah Sempel
Setelah dihitung rata–rata tiap soal, kemudian dihitung rata –rata sub pokok bahasan yang paling rendah. Rata–rata sub pokok bahasan yang paling rendah itu adalah sub pokok bahasan yang sulit menurut siswa, dalam mengerjakan soal trigonometri tersebut.


3. Penapsiran Skor dan Pedoman Konversi Nilai
Dari lima soal yang di buat berdasarkan indikator Kompetensi dasar, pemberian soal tiap soal berbeda berdasarkan bentuk soal dan tingkat kesulitannya. Adapun skor tiap soal disajikan bentuk tabel berikut:
Tabel 3. Skor Analisis Reabilitas Butir soal pada pokok bahasan perbandingan trigonometri dan fungsi trigonometri.

NO SOAL 1 2 3 4 5
SKOR 10 15 15 30 30

Perolehan skor mentah siswa jika benar semua 100 dan jika tidak mengerjakan sama sekali nilai 0. perolehan skor siswa masih mentah tersebut akan ditapsirkan untuk menetapkan nilai yaitu dengan cara di konversikan menggunakan skala sebelas. Adapun langkahnya sebagai berikut:
1. Menentukan Rentang
R = Nilai terbesar–nilai terkecil
2. Banyak Kelas
K = 1 + 3,3 log n
3. Panjang Kelas
4. Daftar Distribusi frekuensi

Tabel 4. Skor Analisis Perhitungan Validitas Item pada pokok bahasan perbandingan trigonometri dan fungsi trigonometri

NO SKOR SISWA fi xi fi.xi fi.xi2



5. Rata–rata
6. Simpangan Baku

4. Analisis Data Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan
Nilai yang diperoleh siswa untuk test trigonometri dari 0 sampai 100. data hasil tes dideskripsikan dengan diagram pohon, dari diagram pohon tersebut dapat diketahui nilai terendah dan tertinggi yang diperoleh siswa.
Siswa yang mendapat nilai lebih atau sama dengan 61% dikatagorikan siswa tidak mengalami kesulitan belajar trigonometri. Sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang dari 61% di katagorikan siswa yang mengalami kesulitan belajar trigonometri. Dari hasil jawaban dapat dilihat dengan jelas siswa yang mengalami kesulitan belajar trigonometri digunakan rumus:
Jumlah Sampel yang Mendapat Nilai 61
Jumlah Sampel